Tuesday, May 24, 2011

Kisah al-Imam Asy Syafi’ Bertamu Ke al-Imam Ahmad bin Hambal



Pada suatu hari al-Imam Asy Syafi’i ra datang berkunjung ke rumah al-Imam Ahmad bin Hambal. Seusai makan malam bersama, al-Imam Asy Syafi’i masuk ke kamar yang telah disediakan untuknya, dan beliau segera berbaring (tidur) hingga esok fajar.
Puteri Imam Ahmad yang mengamati Imam Syafi’i sejak awal kedatangannya hingga masuk kamar tidur, terkejut melihat teman dekat ayahnya itu. Dengan terheran-heran ia bertanya, "Ayah…, ayah selalu memuji dan mengatakan bahwa Imam Syafi’i itu seorang ulama yang amat alim. Tapi setelah kuperhatikan dengan seksama, pada dirinya banyak hal yang tidak berkenan di hatiku, dan tidak sealim yang kukira."

Imam Ahmad agak terkejut mendengar perkataan puterinya. Ia balik bertanya, "Ia seorang yang alim, anakku. Mengapa engkau berkata demikian?" Sang putri berkata lagi, "Aku perhatikan ada tiga hal kekurangannya, Ayah. Pertama, pada waktu disuguhi makanan, makannya lahap sekali. Kedua, sejak masuk ke kamarnya, ia tidak shalat malam dan baru keluar dari kamarnya sesudah tiba shalat subuh. Ketiga, ia shalat subuh tanpa berwudhu.

Imam Ahmad merenungkan perkataan puterinya itu, maka untuk mengetahui lebih jelasnya dia menyampaikan pengamatan puterinya kepada Imam Syafi’i. Maka Imam Syafi’i tersenyum mendengar pengaduan puteri Imam Ahmad tersebut. Lalu dia berkata, "Ya Ahmad, ketahuilah olehmu. Aku banyak makan di rumahmu karena aku tahu makanan yang ada di rumahmu jelas halal dan thoyib. Maka aku tidak meragukannya sama sekali. Karena itulah aku bisa makan dengan tenang dan lahap. Lagi pula aku tahu engkau adalah seorang pemurah. Makanan orang pemurah itu adalah obat, sedangkan makanan orang kikir adalah penyakit. Aku makan semalam bukan untuk kenyang, akan tetapi untuk berobat dengan makananmu itu, ya Ahmad. Sedangkan mengapa aku semalam tidak shalat malam karena ketika aku meletakkan kepalaku di atas bantal tidur, tiba-tiba seakan aku melihat dihadapanku kitab Allah dan sunnah Rasulnya. Dengan izin Allah, malam itu aku dapat menyusun 72 masalah ilmu fiqih Islam sehingga aku tidak sempat shalat malam. Sedangkan kenapa aku tidak wudhu lagi ketika shalat subuh karena aku pada malam itu tidak dapat tidur sekejap pun. Aku semalam tidak tidur sehingga aku shalat fajar dengan wudhu shalat Isya’.

Saudaraku,
Episode singkat di atas menyuguhkan pesona diri Imam Syafi’i yang sangat menakjubkan. Betapa jelas nampak terlihat, ketinggian ilmunya bertumpu sempurna di atas pondasi keimanan yang begitu kokoh.

Setiap kita, selaku individu muslim, memiliki peluang yang sama untuk mencapai kualitas syakhsiyah Islamiyah seperti yang dimiliki oleh Imam Syafi’i. Namun yang membedakan adalah tingkat kecepatan meraihnya, dimana ia tergantung sebagiannya pada level kesabaran dan istiqomah kita menjalani proses pembentukan syakhsiyah tersebut. Sebagian lainnya ditentukan oleh kemauan, kesungguhan, keseriusan serta tingkat totalitas individu yang kesemuanya itu bisa terukur dan dinilai oleh mata ummat Islam.

Seperti mata puteri Imam Ahmad, yang baru mengenal Imam Syafi’i memberikan penilaian berdasarkan apa yang telah dilihatnya dalam tempo yang teramat singkat yaitu hanya semalam. Sementara mata Imam Ahmad selaku ulama yang mewakili pandangan kaum muslimin masa itu yang telah bergaul cukup lama dengan Imam Syafi’i memberikan kesaksian dan penilaian yang berbeda. Mata ummat (pandangan kolektif) selalu lebih jernih dan lebih jujur dibandingkan dengan pandangan individu yang terbatas dan berpeluang menilai subyektif.

Allah ta’ala berfirman dalam surat At-Taubah:105, ”Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu…”

Wallahu’alam.

Nasihat Terakhir Ustadzah Yoyoh Untuk Sang Putera


From: Yoyoh Yusroh
Date: 2011/5/18
Subject: Nasihat untuk sang putera
To: Aizza Jundana

Nasihat Seorang Arab Kepada Putranya
(Ukht/ Nayifah Uwaimir)

Wahai puteraku …
Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia ..
Janganlah berbicara dalam berbagai urusan ..
Kecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya ..
Dan jika seseorang datang membawa berita, cari bukti kebenarannya sebelum dengan berani engkau berbicara ..
Hati-hati dengan isu .. jangan percayai setiap yang dikatakan, jangan pula percaya sesuatu yang setengah engkau lihat ..
Dan jika engkau mendapatkan cobaan berupa seorang musuh .. hadapi dengan berbuat baik kepadanya .. tolak dengan cara yang lebih baik, niscaya permusuhan itu berubah menjadi cinta kasih

Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”.

Jika engkau diserang banyak orang sementara engkau berada di atas kebenaran .. atau jika engkau diserang dengan kritikan-kritikan buruk .. bergembiralah .. sebab mereka sebenarnya sedang berkata: “engkau orang yang sukses dan berpengaruh”, sebab,
· anjing yang mati tidak akan ditendang,
· dan tidak dilempar kecuali pohon yang berbuah

Wahai puteraku ..
Jika engkau hendak mengkritik, biasakan untuk melihat dengan mata tawon lebah .. dan jangan memandang orang lain dengan mata lalat, sebab engkau akan terjatuh kepada perkara yang busuk!

Tidurlah lebih awal wahai puteraku agar bisa bangun lebih awal .. sebab keberkahan ada di pagi hari, dan saya khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan rizki Allah yang Maha Penyayang disebabkan engkau begadang di malam hari, sehingga tidak bisa bangun pagi!

Akan aku ceritakan kepadaku kisah seekor kambing dan serigala, supaya engkau aman dari orang yang berbuat makar ..
Dan saat seseorang memberikan tsiqah-nya kepadamu, jangan sampai engkau mengkhianatinya!
Akan aku ajak engkau ke sarang singa .. akan aku ajarkan bahwa singa itu tidak menjadi raja hutan dikarenakan aumannya!!
Akan tetapi, karena ia berjiwa tinggi! Tidak mau memakan hasil buruan binatang lain, betapapun ia lapar .. dan perutnya melilit-lilit .. jangan mencuri jerih payah orang lain .. sebab engkau menjadi keji!

Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang! Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”.

Wahai puteraku ..
Biasakan engkau bersyukur .. kepada Allah! Cukuplah menjadi alasan untuk bersyukur kepada-Nya bahwa engkau dapat berjalan, mendengar dan melihat!
Bersyukurlah kepada Allah, dan syukuri pula manusia .. sebab Allah SWT akan menambah orang-orang yang bersyukur
Dan manusia senang saat mendapati seseorang yang diberi sesuatu lalu orang itu menghargainya!

Wahai puteraku .. ketahuilah bahwa sifat utama yang paling agung dalam kehidupan ini adalah sifat jujur!
Dan bahwasanya kebohongan, meskipun tampak memberi keselamatan .. namun jujur lebih berakhlaq bagimu! Dan bagi orang sepertimu!

Wahai puteraku …
Persiapkan alternatif untuk segala urusan .. agar engkau tidak membuka jalan kehinaan!
Manfaatkan segala peluang .. sebab peluang yang datang sekarang .. bisa jadi tidak akan berulang!!

Jangan berkeluh kesah .. aku harap engkau optimis .. siap menghadapi kehidupan ..
Jauhilah orang-orang yang putus asa dan pesimis, lari dari mereka! Dan jangan sampai engkau duduk dengan seseorang yang selalu memandang sial kepada segala hal!!

Jangan bergembira saat melihat orang lain terkena musibah .. jangan pula menghina orang karena postur atau penampilannya ..
Sebab dia tidak menciptakan dirinya .. dan saat engkau menghina orang lain, pada hakekatnya engkau menghina ciptaan dari Dzat yang Maha Mencipta dan Membuat bentuk rupa

Jangan membuka aib orang, sebab Allah akan membuka aibmu di rumahmu .. sebab Allah-lah Dzat yang menutupi .. dan mencintai orang yang menutupi!
Jangan menzhalimi siapa pun .. dan jika engkau hendak menzhalimi dan engkau merasa mampu menzhalimi, ingatlah bahwa Allah SWT lebih mampu!

Jika engkau merasa hatimu mengeras, usaplah kepala anak yatim .. engkau akan terheran-heran .. bagaimana usapan itu dapat menghilangkan rasa keras hati dari hatimu, seakan hatimu menjadi pecah dan melunak!

Jangan mendebat .. dalam perdebatan .. kedua pihak merugi.
Kalau kita yang kalah, kita merugi telah kehilangan kebesaran kita, dan jika menang, kita juga merugi, telah kehilangan orang lain yang menjadi lawan debat kita .. semua kita kalah .. baik yang merasa menang .. dan yang merasa belum menang!

Jangan monopoli pendapat .. yang bagus adalah engkau mempengaruhi dan dipengaruhi!
Hanya saja, jangan larut dalam pendapat banyak orang .. dan jika engkau merasa bahwa pendapatmu benar .. tegarlah dan jangan terpengaruh!

Wahai puteraku ..
Engkau dapat merubah keyakinan orang .. dan menguasai hati mereka tanpa engkau sadari! Bukan dengan sihir, bukan pula dengan jampi .. namun, dengan senyumanmu .. dan kosa katamu yang lembut .. dengan keduanya, engkau dapat menyihir!!
Oleh karena itu, tersenyumlah .. maha suci Allah yang telah menjadikan senyuman sebagai ibadah dalam agama kita, dan kita mendapatkan pahala darinya!!

Di Cina .. jika engkau tidak murah senyum, mereka tidak akan berikan lisensi kepadamu untuk membuka kedai ..
Jika engkau tidak menemukan orang yang tersenyum kepadamu, tersenyumlah engkau kepadanya!
Jika bibirmu terbuka karena senyuman .. dengan cepat .. terbuka pula hati untuk mengekspresikan isinya

Jika orang meragukanmu, bela dirimu .. jelaskan .. dan beri keterangan pembenarannya!
Jangan suka nimbrung dan mengenduskan hidungmu dalam segala urusan .. jangan pula ikut-ikutan, berposisi bersama banyak orang saat mereka bersikap!!
Wahai puteraku .. jauhkan dirimu dari hal ini .. aku sangat tidak suka kalau melihatmu seperti ini!!

Jangan bersedih wahai puteraku terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan! Sebab kita tidak diciptakan kecuali untuk diuji dan diberi cobaan .. sehingga Allah melihat kita .. adakah kita bersabar?
Karena itu .. santai saja .. jangan keruh hati! Yakinlah bahwa jalan keluar dekat ..
“jika mendung semakin hitam, pertanda, sebentar lagi hujan”!!

Jangan meratapi masa lalu, cukuplah bahwa ia telah berlalu .. sia-sia kalau kita memegang gergaji kayu, lalu menggergaji!!
Tataplah hari esok .. persiapkan diri .. dan singsingkan lengan baju untuk menghadapinya!!
Jadilah orang yang mulia .. berbanggalah dengan dirimu!
Sebagaimana engkau melihat dirimu, begitulah orang lain akan melihatmu ..
Jangan sekali-kali meremehkan dirimu!! Sebab engkau menjadi besar saat engkau ingin besar .. hanya engkau saja yang memutuskan ia menjadi kecil!

Yoyoh Yusroh
Komisi I DPR RI
Sent from my iPad
Posted by izza at 5/23/2011 12:51:00 AM

Source: milis Iqro-Foundation, NSW

Sunday, May 22, 2011

Kisah Seguci Emas



Sebuah kisah yang terjadi di masa lampau, sebelum Nabi kita Muhammad SAW dilahirkan. Kisah yang menggambarkan kepada kita pengertian amanah, kezuhudan, dan kejujuran serta wara’ yang sudah sangat langka ditemukan dalam kehidupan manusia di abad ini.

Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah z, dia berkata: Rasulullah n bersabda:

اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عَقَارًا لَهُ فَوَجَدَ الرَّجُلُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ فِي عَقَارِهِ جَرَّةً فِيهَا ذَهَبٌ فَقَالَ لَهُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ: خُذْ ذَهَبَكَ مِنِّي إِنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الْأَرْضَ وَلَمْ أَبْتَعْ مِنْكَ الذَّهَبَ. وَقَالَ الَّذِي لَهُ الْأَرْضُ: إِنَّمَا بِعْتُكَ الْأَرْضَ وَمَا فِيهَا. فَتَحَاكَمَا إِلَى رَجُلٍ فَقَالَ الَّذِي تَحَاكَمَا إِلَيْهِ: أَلَكُمَا وَلَدٌ؟ قَالَ أَحَدُهُمَا: لِي غُلَامٌ. وَقَالَ الآخَرُ: لِي جَارِيَةٌ. قَالَ: أَنْكِحُوا الْغُلَامَ الْجَارِيَةَ وَأَنْفِقُوا عَلَى أَنْفُسِهِمَا مِنْهُ وَتَصَدَّقَا

Ada seorang laki-laki membeli sebidang tanah dari seseorang. Ternyata di dalam tanahnya itu terdapat seguci emas. Lalu berkatalah orang yang membeli tanah itu kepadanya: “Ambillah emasmu, sebetulnya aku hanya membeli tanah darimu, bukan membeli emas.”

Si pemilik tanah berkata kepadanya: “Bahwasanya saya menjual tanah kepadamu berikut isinya.”

Akhirnya, keduanya menemui seseorang untuk menjadi hakim. Kemudian berkatalah orang yang diangkat sebagai hakim itu: “Apakah kamu berdua mempunyai anak?”

Salah satu dari mereka berkata: “Saya punya seorang anak laki-laki.”

Yang lain berkata: “Saya punya seorang anak perempuan.”

Kata sang hakim: “Nikahkanlah mereka berdua dan berilah mereka belanja dari harta ini serta bersedekahlah kalian berdua.”

Sungguh, betapa indah apa yang dikisahkan oleh Rasulullah n ini. Di zaman yang kehidupan serba dinilai dengan materi dan keduniaan. Bahkan hubungan persaudaraan pun dibina di atas kebendaan. Wallahul musta’an.

Dalam hadits ini, Rasulullah n mengisahkan, transaksi yang mereka lakukan berkaitan sebidang tanah. Si penjual merasa yakin bahwa isi tanah itu sudah termasuk dalam transaksi mereka. Sementara si pembeli berkeyakinan sebaliknya; isinya tidak termasuk dalam akad jual beli tersebut.

Kedua lelaki ini tetap bertahan, lebih memilih sikap wara’, tidak mau mengambil dan membelanjakan harta itu, karena adanya kesamaran, apakah halal baginya ataukah haram?

Mereka juga tidak saling berlomba mendapatkan harta itu, bahkan menghindarinya. Simaklah apa yang dikatakan si pembeli tanah: “Ambillah emasmu, sebetulnya aku hanya membeli tanah darimu, bukan membeli emas.”

Barangkali kalau kita yang mengalami, masing-masing akan berusaha cari pembenaran, bukti untuk menunjukkan dirinya lebih berhak terhadap emas tersebut. Tetapi bukan itu yang ingin kita sampaikan melalui kisah ini.

Hadits ini menerangkan ketinggian sikap amanah mereka dan tidak adanya keinginan mereka mengaku-aku sesuatu yang bukan haknya. Juga sikap jujur serta wara’ mereka terhadap dunia, tidak berambisi untuk mengangkangi hak yang belum jelas siapa pemiliknya. Kemudian muamalah mereka yang baik, bukan hanya akhirnya menimbulkan kasih sayang sesama mereka, tetapi menumbuhkan ikatan baru berupa perbesanan, dengan disatukannya mereka melalui perkawinan putra putri mereka. Bahkan, harta tersebut tidak pula keluar dari keluarga besar mereka. Allahu Akbar.

Bandingkan dengan keadaan sebagian kita di zaman ini, sampai terucap dari mereka: “Mencari yang haram saja sulit, apalagi yang halal?” Subhanallah.

Kemudian, mari perhatikan sabda Rasulullah n dalam hadits An-Nu’man bin Basyir c:

وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ

“Siapa yang terjatuh ke dalam syubhat (perkara yang samar) berarti dia jatuh ke dalam perkara yang haram.”

Sementara kebanyakan kita, menganggap ringan perkara syubhat ini. Padahal Rasulullah n menyatakan, bahwa siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar itu, bisa jadi dia jatuh ke dalam perkara yang haram. Orang yang jatuh dalam hal-hal yang meragukan, berani dan tidak memedulikannya, hampir-hampir dia mendekati dan berani pula terhadap perkara yang diharamkan lalu jatuh ke dalamnya.

Rasulullah n sudah menjelaskan pula dalam sabdanya yang lain:

دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ

“Tinggalkan apa yang meragukanmu, kepada apa yang tidak meragukanmu.”

Yakni tinggalkanlah apa yang engkau ragu tentangnya, kepada sesuatu yang meyakinkanmu dan kamu tahu bahwa itu tidak mengandung kesamaran.

Sedangkan harta yang haram hanya akan menghilangkan berkah, mengundang kemurkaan Allah l, menghalangi terkabulnya doa dan membawa seseorang menuju neraka jahannam.

Tidak, ini bukan dongeng pengantar tidur.

Inilah kisah nyata yang diceritakan oleh Ash-Shadiqul Mashduq (yang benar lagi dibenarkan) n, yang Allah l berfirman tentang beliau n:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 3-4)

Kedua lelaki itu menjauh dari harta tersebut sampai akhirnya mereka datang kepada seseorang untuk menjadi hakim yang memutuskan perkara mereka berdua. Menurut sebagian ulama, zhahirnya lelaki itu bukanlah hakim, tapi mereka berdua memintanya memutuskan persoalan di antara mereka.

Dengan keshalihan kedua lelaki tersebut, keduanya lalu pergi menemui seorang yang berilmu di antara ulama mereka agar memutuskan perkara yang sedang mereka hadapi. Adapun argumentasi si penjual, bahwa dia menjual tanah dan apa yang ada di dalamnya, sehingga emas itu bukan miliknya. Sementara si pembeli beralasan, bahwa dia hanya membeli tanah, bukan emas.

Akan tetapi, rasa takut kepada Allah l membuat mereka berdua merasa tidak butuh kepada harta yang meragukan tersebut.

Kemudian, datanglah keputusan yang membuat lega semua pihak, yaitu pernikahan anak laki-laki salah seorang dari mereka dengan anak perempuan pihak lainnya, memberi belanja keluarga baru itu dengan harta temuan tersebut, sehingga menguatkan persaudaraan imaniah di antara dua keluarga yang shalih ini.

Perhatikan pula kejujuran dan sikap wara’ sang hakim. Dia putuskan persoalan keduanya tanpa merugikan pihak yang lain dan tidak mengambil keuntungan apapun. Seandainya hakimnya tidak jujur atau tamak, tentu akan mengupayakan keputusan yang menyebabkan harta itu lepas dari tangan mereka dan jatuh ke tangannya.

Pelajaran yang kita ambil dari kisah ini adalah sekelumit tentang sikap amanah dan kejujuran serta wara’ yang sudah langka di zaman kita.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Syarah Riyadhis Shalihin mengatakan:

Adapun hukum masalah ini, maka para ulama berpendapat apabila seseorang menjual tanahnya kepada orang lain, lalu si pembeli menemukan sesuatu yang terpendam dalam tanah tersebut, baik emas atau yang lainnya, maka harta terpendam itu tidak menjadi milik pembeli dengan kepemilikannya terhadap tanah yang dibelinya, tapi milik si penjual. Kalau si penjual membelinya dari yang lain pula, maka harta itu milik orang pertama. Karena harta yang terpendam itu bukan bagian dari tanah tersebut.

Berbeda dengan barang tambang atau galian. Misalnya dia membeli tanah, lalu di dalamnya terdapat barang tambang atau galian, seperti emas, perak, atau besi (tembaga, timah dan sebagainya). Maka benda-benda ini, mengikuti tanah tersebut.

Kisah lain, yang mirip dengan ini, terjadi di umat ini. Kisah ini sangat masyhur, wallahu a’lam.

Beberapa abad lalu, di masa-masa akhir tabi’in. Di sebuah jalan, di salah satu pinggiran kota Kufah, berjalanlah seorang pemuda. Tiba-tiba dia melihat sebutir apel jatuh dari tangkainya, keluar dari sebidang kebun yang luas. Pemuda itu pun menjulurkan tangannya memungut apel yang nampak segar itu. Dengan tenang, dia memakannya.

Pemuda itu adalah Tsabit. Baru separuh yang digigitnya, kemudian ditelannya, tersentaklah dia. Apel itu bukan miliknya! Bagaimana mungkin dia memakan sesuatu yang bukan miliknya?

Akhirnya pemuda itu menahan separuh sisa apel itu dan pergi mencari penjaga kebun tersebut. Setelah bertemu, dia berkata: “Wahai hamba Allah, saya sudah menghabiskan separuh apel ini. Apakah engkau mau memaafkan saya?”

Penjaga itu menjawab: “Bagaimana saya bisa memaafkanmu, sementara saya bukan pemiliknya. Yang berhak memaafkanmu adalah pemilik kebun apel ini.”

“Di mana pemiliknya?” tanya Tsabit.

“Rumahnya jauh sekitar lima mil dari sini,” kata si penjaga.

Maka berangkatlah pemuda itu menemui pemilik kebun untuk meminta kerelaannya karena dia telah memakan apel milik tuan kebun tersebut.

Akhirnya pemuda itu tiba di depan pintu pemilik kebun. Setelah mengucapkan salam dan dijawab, Tsabit berkata dalam keadaan gelisah dan ketakutan: “Wahai hamba Allah, tahukah anda mengapa saya datang ke sini?”

“Tidak,” kata pemilik kebun.

“Saya datang untuk minta kerelaan anda terhadap separuh apel milik anda yang saya temukan dan saya makan. Inilah yang setengah lagi.”

“Saya tidak akan memaafkanmu, demi Allah. Kecuali kalau engkau menerima syaratku,” katanya.

Tsabit bertanya: “Apa syaratnya, wahai hamba Allah?”

Kata pemilik kebun itu: “Kamu harus menikahi putriku.”

Si pemuda tercengang seraya berkata: “Apa betul ini termasuk syarat? Anda memaafkan saya dan saya menikahi putri anda? Ini anugerah yang besar.”

Pemilik kebun itu melanjutkan: “Kalau kau terima, maka kamu saya maafkan.”

Akhirnya pemuda itu berkata: “Baiklah, saya terima.”

Si pemilik kebun berkata pula: “Supaya saya tidak dianggap menipumu, saya katakan bahwa putriku itu buta, tuli, bisu dan lumpuh tidak mampu berdiri.”

Pemuda itu sekali lagi terperanjat. Namun, apa boleh buat, separuh apel yang ditelannya, kemana akan dia cari gantinya kalau pemiliknya meminta ganti rugi atau menuntut di hadapan Hakim Yang Maha Adil?

“Kalau kau mau, datanglah sesudah ‘Isya agar bisa kau temui istrimu,” kata pemilik kebun tersebut.

Pemuda itu seolah-olah didorong ke tengah kancah pertempuran yang sengit. Dengan berat dia melangkah memasuki kamar istrinya dan memberi salam.

Sekali lagi pemuda itu kaget luar biasa. Tiba-tiba dia mendengar suara merdu yang menjawab salamnya. Seorang wanita berdiri menjabat tangannya. Pemuda itu masih heran kebingungan, kata mertuanya, putrinya adalah gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tetapi gadis ini? Siapa gerangan dia?

Akhirnya dia bertanya siapa gadis itu dan mengapa ayahnya mengatakan begitu rupa tentang putrinya.

Istrinya itu balik bertanya: “Apa yang dikatakan ayahku?”

Kata pemuda itu: “Ayahmu mengatakan kamu buta.”

“Demi Allah, dia tidak dusta. Sungguh, saya tidak pernah melihat kepada sesuatu yang dimurkai Allah l.”

“Ayahmu mengatakan kamu bisu,” kata pemuda itu.

“Ayahku benar, demi Allah. Saya tidak pernah mengucapkan satu kalimat yang membuat Allah l murka.”

“Dia katakan kamu tuli.”

“Ayah betul. Demi Allah, saya tidak pernah mendengar kecuali semua yang di dalamnya terdapat ridha Allah l.”

“Dia katakan kamu lumpuh.”

“Ya. Karena saya tidak pernah melangkahkan kaki saya ini kecuali ke tempat yang diridhai Allah l.”

Pemuda itu memandangi wajah istrinya, yang bagaikan purnama. Tak lama dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang hamba Allah l yang shalih, yang memenuhi dunia dengan ilmu dan ketakwaannya. Bayi tersebut diberi nama Nu’man; Nu’man bin Tsabit Abu Hanifah t.

Duhai, sekiranya pemuda muslimin saat ini meniru pemuda Tsabit, ayahanda Al-Imam Abu Hanifah. Duhai, sekiranya para pemudinya seperti sang ibu, dalam ‘kebutaannya, kebisuan, ketulian, dan kelumpuhannya’.

Demikianlah cara pandang orang-orang shalih terhadap dunia ini. Adakah yang mengambil pelajaran?

Wallahul Muwaffiq.

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits)

Friday, May 20, 2011

Belajar Hikmah Dari Bu Fatimah


Sebut saja namanya Ibu Fatimah, seorang Guru Tsanawiyah di sebuah kota kecil. Ia mengajar Agama bagi anak kelas, 4, 5 dan 6 di madrasah tersebut. Usianya masih muda dan cantik, penampilannya sederhana dengan berjilbab rapi. Sebelum jam pulang sekolah, ia mengajar di kelas 6 sekolah tersebut. Meski ia guru honorer, tapi ia tampak bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid muridnya. Ia kemudian duduk menghadap murid muridnya ..di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus.

Sang guru berkata.."Anak-anak, tolong perhatikan, Ibu punya permainan ... caranya begini ..di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus .. jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "kapur "!!, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "penghapus" ... " Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti dan sang guru berganti gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat .. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata ... "Baik sekarang perhatikan ..jika saya angkat kapur, maka berserulah "penghapus" jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "kapur" dan dijalankanlah adegan seperti tadi," Tentu saja murid murid kerepotan dan kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya, namun lambat laun, mereka bisa beradaptasi .. dan tidak lagi sulit selang beberapa saat , permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid muridnya .. "Anak anak, begitulah kita ummat islam ...mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil ... kita begitu jelas membedakannya, namun kemudian, setan memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu ... dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya ..pertama tama mungkin akan sulit bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan terus menerus kedalam benak kita dengan cara cara yang sangat menarik akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu ... dan kalian mulai mengikutinya dan percaya bahwa yang bathil itu sesunnguhnya haq. "

“Ingatlah anak-anak, Setan tidak akan pernah berhenti membalik nilai-nilai Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Karena pengaruh tontonan sinetron yang mengajarkan kekafiran dan anehnya disukai, kini ...pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu hiburan ..materialistis dan permisive kini menjadi suatu gaya hidup pilihan tawuran menjadi trend pemuda..semuanya sudah terbalik .. dan tidak disadari .. kalian sedikit demi sedikit menerima nya ..paham ?" tanya ibu guru kepada murid muridnya. "Paham buu ..."

"Baik, sekarang permainan kedua .. begitu bu guru melanjutkan ...bu guru punya Al-Qur'an ...ibu letakkan di leker persis ditengah-tenag karpet besar ini. Nah sekarang ...kalian berdiri di luar karpet ..lalu .. gamenya adalah...bagaimana caranya mengambil Al-Qur'an yang ada ditengah tanpa menginjak karpet...nah .. nah nah.." Murid-muridnya berpikir keras ..ada yang punya alternatif dengan tongkat .. dan lain lain ... akhirnya sang guru memberikan jalan keluar ...ia gulung karpetnya, dan ia ambil Al-Qur'an nya ...dan ia memenuhi syarat..tidak menginjak karpet ..

"Anak-anak, setan tidak akan menginjak nginjak kalian dengan terang terangan .. karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah ..preman terminal-pun tidak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka ..tapi mereka akan menggulung kalian perlahan lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar .... Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah pondasi yang kuat ..begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah akidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau membongkar pondasinya terlebih dahulu, tentu .. saja .. hiasan hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu ..satu persatu .. baru rumah dihancurkan."

"Begitulah setan menghancurkan kita ..ia tidak akan menghantam kita secara terang terangan, ...tapi ia akan perlahan lahan mencopot kalian .. mulai dari perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian .. dan lain lain, sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka ... dan itulah yang mereka inginkan. Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran) ...dan inilah yang dijalankan oleh setan. Jika pondasi iman kalian tidak kuat maka kalian akan mudah sekali terbawa oleh faham mereka dalam Ghazwul fikri tersebut. Paham anak anak ??? " "Paham buuuuuuu ..."

"Kenapa mereka tidak berani secara terang terangan menginjak-injak Islam, bu..?" tanya salah seorang dari mereka. "Menurut setan, ummat Islam itu ibarat seperti monyet. Monyet itu kalau bergelantungan di pohon, lalu ada angin sepoi sepoi, maka monyet akan mengantuk, dan ia akan terjatuh dari pohon itu ...tapi kalau ada angin kencang, maka monyet itu akan memegang ranting pohon dengan kuat .." "Begitulah ummat Islam .. kalau diserang perlahan lahan, mereka tidak akan sadar hingga akhirnya ia ambruk dan kalah. Tapi kalau diserang serentak terang terangan, mereka akan bangkit serentak, mereka baru akan sadar jika sudah mau ambruk.." "Paham anak anak ??" "Paham buuuu ..."

"Kalau begitu .. kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang ... " dan matahari bersinar terik tatkala anak anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka, dengan pikiran masing masing di kepalanya akan pelajaran hikmah dari Ibu Fatimah, guru Agamanya. (di copas dari notenya Gus Imam Puji Hartono, Jazakallahu khairan amin)

Semoga bermanfaat,

Wednesday, May 18, 2011

Jangan Durhakai Anakmu!


PERNAH suatu ketika ada seorang bapak yang mengeluh kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab ra mengenai anaknya yang durhaka. Orang itu mengatakan bahwa putranya selalu berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya. Maka, Umar pun memanggil anak itu dan memarahinya.

“Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu bahwa durhaka kepada orangtua adalah dosa besar yang mengundang murka Allah? Bentak Umar.

“Tunggu dulu, wahai Amirul Mukminin. Jangan tergesa-gesa mengadiliku. Jikalau memang seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah si anak juga punya hak terhadap ayahnya?” Tanya si anak.

“Benar,” jawab Umar.

“Lantas, apa hak anak terhadap ayahnya tadi?” lanjut si Anak.

“Ada tiga,” jawab Umar. “Pertama, hendaklah ia memilih calon ibu yang baik untuk putreanya. Kedua, hendaklah ia menamainya dengan nama yang baik. Dan ketiga, hendaklah ia mengajarinya al-Quran.”

Maka, si Anak mengatakan, “Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik bagiku; ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga dua dirham, lalu malamnya ia gauli sehingga ia hamil mengandungku. Setelah aku lahir pun ayah menamaiku Ju’al, dan ia tidak pernah mengajariku menghafal al-Quran walau seayat.”

Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. (Lihat Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977).

“Pergi sana! Kaulah yang mendurhakainya sewaktu kecil, pantas kalau ia durhaka kepadamu sekarang,” bentak Umar kepada si Ayah. (Disadur dari kuthbah Syaikh Dr. Muhammad Al-Arifi, Mas’uliyatur Rajul fil Usrah. Lihat Ibunda Para Ulama, Sufyan bin Fuad Baswedan, hal. 11-12.)

Pembaca budiman, satu hal yang perlu kita renungkan dari kisah di atas adalah; cobalah untuk menengok diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Bisa jadi, ada sesuatu yang salah pada diri kita.

Piilihkan Calon Ibu yang Shalihah

Hendaklah setiap muslim memilihkan bagi anak-anaknya seorang ibu muslimah yang mengenal hak Rabbnya, hak suami dan hak anak. Hendaklah ia memilihkan ibu yang mengenal tugas hidupnya. Seorang ibu yang mengenal posisinya di dalam hidup ini. Seorang ibu yang memiliki rasa kecemburuan terhadap agama dan sunnah Nabinya -sholallahu 'alaihi wasallam-.

Hal ini karena seorang ibu adalah madrasah yang akan meluluskan anak-anak Anda. Apabila ibu tersebut baik, maka ia akan menyusukan kebaikan dan ketakwaan. Namun bila ibu tersebut buruk, maka ia akan memberikan keburukan juga. Sebagai contoh nyata, Zubair bin ‘Awam. Ia merupakan hasil dari didikan ibundanya, Shafiyah binti Abdul Muththalib, sehingga ia pun tumbuh di atas tabiat dan budi pekertinya. Di kemudian hari, ia pun memilihkan calon ibu bagi anak-anaknya seorang wanita mulia, Asma binti Abu Bakar. Sehingga, ia pun melahirkan generasi orang-orang yang memiliki keagungan, Abdullah, Al-Mundzir dan ‘Urwah.

Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu 'anhu- dididik oleh dua wanita mulia; di waktu kecil ia bersama ibunya, Fathimah binti Asad dan ketika menginjak remaja ia bersama Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- .

Abdullah bin Ja’far adalah penghulunya bangsa Arab yang paling dermawan sekaligus pemuda Arab yang cerdas. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Maka ibunya, Asma binti ‘Umais berusaha untuk membesarkannya. Ia adalah sosok ibu yang memiliki keutamaan dan kecerdasan yang luar biasa.

Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah adalah orang yang pandai dan cemerlang. Ia telah mewarisi dari ibunya, Hindun binti ‘Utbah sesuatu yang tidak ia warisi dari ayahnya, Abu Sufyan. Hindun berkata ketika anaknya, Mu’awiyah berada di dalam dekapannya, “Apabila Mu’awiyah hidup dalam umur panjang, maka ia akan memimpin kaumnya.” Ia juga bertutur, “Celakalah kaumnya apabila tidak dipimpin seseorang dari kaumnya.” Kelak, bila Mu’awiyah -radhiyallahu 'anhu- memiliki kebanggaan dengan kemampuan dan keahliannya dalam berpendapat, maka ia selalu menisbatkannya kepada ibunya sehingga akan mengetarkan pendengaran musuh-musuhnya, seraya berkata, “Saya adalah anak dari Hindun.”

Abu Hafsh Umar bin Abdul Aziz termasuk raja yang paling menakjubkan, adil dan mulia. Ibunya, Ummu ‘Ashim binti ‘Ashim bin Umar bin Khaththab. Ia adalah orang yang paling sempurna di zamannya dan yang paling mulia. Ibunya adalah seorang wanita yang dinikahkah oleh Umar dengan anaknya, ‘Ashim. Tidak ada yang dibanggakan darinya baik dari segi harta maupun nasab kecuali perkataannya yang jujur ketika menesehati ibunya. Dialah yang menurunkan akhlak kakeknya Al-Faruq kepada Umar bin Abdul Aziz.

Pilihkan Nama yang Terbaik

Hendaklah seorang muslim memilih nama-nama yang terbaik dan terindah sebagai bentuk pelaksanaan atas apa yang telah ditunjukkan dan dianjurkan oleh Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-. Dari Abu Darda’ -radhiyallahu 'anhu-, ia berkata : Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّكُم تُدْعَونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُم وَأَسْمَاءِ آبَائِكُم فأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُم

“Sesungguhnya kalian akan dipanggil di hari Kiamat dengan nama-nama anak kalian dan dengan nama ayah-ayah kalian. Maka perbaguslah nama kalian.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan)


Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhu-, ia berkata : Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللّهِ عَبْدُ اللّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَـنِ

“Sesungguhnya nama-nama kalian yang paling disukai oleh Allah Azza wa Jalla adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya).

Ajarkan al-Quran kepada Anak

Dalam al-Quran terkandung sejumlah Tarbiyah Imaniyah. Yang dimaksud Tarbiyah Imaniyah adalah mengikat si kecil sejak ketergantungannya kepada pilar-pilar keimanan, membiasakannya sejak ia memahami rukun-rukun Islam, serta mengajarkannya pokok-pokok syariat Islam yang mulia semenjak masa tamyiz (mampu membedakan mana yang hak dan mana yang bathil)

Mengajarkannya pilar-pilar keimanan, seperti; iman kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan iman kepada para Rasul-Nya, mengimani adanya pertanyaan dua malaikat, adzab dan nikmat kubur, pembangkitan, surga dan neraka dan semua perkara-perkara yang ghaib.
Mengajarkan rukun-rukun Islam, seperti; shalat, puasa, zakat dan haji. Mengajarkannya dasar-dasar syariat Islam, seperti; peradilan Islam, hukum-hukum Islam, undang-undang dan peraturan dalam Islam.

Dari sinilah akan lahir beberapa hal, di antaranya:

Pertama, Hubbullah (cinta kepada Allah ta’ala). Yaitu dengan menunjukkan nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya kepada si kecil. Misalnya, bila si ayah duduk-duduk bersama si kecil ketika sedang makan seraya mengatakan kepadanya: ‘Nak, tahukah engkau siapakah yang telah memberikan makanan ini kepada kita?’

Si kecil akan menjawab: ‘Siapakah wahai ayah?’

Si ayah bertutur: ‘Allah’.

Si kecil balik bertanya: ‘Terus, bagaimana ayah?’

Maka si ayah menjelaskan: ‘Nak, karena Allah yang telah memberi rizqi kepada kita dan kepada semua manusia, maka bukankah Ilah ini yang berhak engkau cintai?’
Si kecil akan menjawab: ‘Tentu, ayah’

Seandainya si kecil sedang sakit, maka orangtua akan membiasakannya untuk selalu berdoa, seraya berkata: ‘Nak berdoalah kepada Allah semoga menyembuhkanmu, sebab Dia-lah yang memiliki penyembuhan’, lalu mendatangkan seorang dokter dan mengatakan: ‘Dokter ini hanya sekedar perantara saja, namun kesembuhan hanya datang dari Allah’. Apabila Dia mentaqdirkan kesembuhan bagi si kecil, maka orantg tua mengatakan: ‘Nak, bersyukurlah kepada Allah’, lalu menjelaskan kepadanya nikmat-nikmat Allah, sehingga si kecil akan mencintai-Nya, sebab Dia-lah yang telah mengaruniakan kesembuhan baginya.

Demikian seterusnya dalam setiap kesempatan dan dalam setiap mendapatkan kenikmatan hendaklah engkau selalu mengaitkannya kepada Yang Memberi nikmat, sehingga dalam hati si kecil tertanam rasa cinta kepada Allah.

Kedua, Hubburrasul (cinta kepada Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- ). Yaitu dengan mengajarkan kepada si kecil sikap-sikap Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- , keberanian, konsisten, kelemah lembutan, kemurahan, kesabaran dan keihklasan beliau. Dengan hal ini, seorang anak akan mencintai Nabinya -sholallahu 'alaihi wasallam- .

Ketiga, Muraqabatullah (menumbuhkan sifat merasa terus diawasi oleh Allah Tabaaraka wa ta’ala). Yaitu dengan mengajarkan kepada si kecil bahwa Allah selalu mengetahui dirinya dalam setiap gerakan dan diamnya, sehingga si kecil akan merasa terus diawasi oleh Allah, takut kepada Allah dan ikhlas dalam setiap amalannya hanya mencari keridhaan Allah.

Keempat, Mengajarkan kepada si kecil hukum-hukum halal dan haram. Hendaklah orangtua menjelaskan kepada si kecil tentang hal-hal yang haram sehingga ia bisa menjauhinya, hal-hal yang halal dan mubah agar ia bisa melakukannya serta menjelaskan adab-adan islami supaya ia bisa melaksanakannya.

Semoga kita senantiasa dibimbing oleh Allah agar mampu memenuhi hakhak anak, sehingga kita tidak sampai menzhaliminya, apalagi menyandang gelar orangtua yang durhaka kepada anaknya. *

Abu Hudzaifah, Lc. Penulis seorang penerjemah dan penulis buku-buku islami

Sunday, May 8, 2011

Mesin Pencari Hadits 9 Imam Besar




http://myhadits.com/

MyHadits.com adalah website yang berisi hadits 9 Imam Besar yang ditampilkan secara online. Pengguna website dapat mencari hadits-hadits dengan kata kunci bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Gagasan pembangunan situs ini dimulai ketika saya kesulitan untuk mencari referensi hadits dalam penulisan buku-buku dakwah. Karena itu dirasakan perlu sebuah website yang memudahkan para pencari hadits untuk mendapatkan referensi hadits yang berbahasa Indonesia dan bahasa Arab.
Berikut adalah fitur-fitur yang tersedir di myhadits.com:
- Pencarian dengan kata kunci bahasa Indonesia dan bahasa Arab
- Pencarian dengan beberapa kata kunci dengan logical operator AND dan OR
- Penambilan hasil pencarian per halaman
- Search Engine menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL

Diharapkan dalam waktu dekat, dapat disediakan juga versi smartphone seperti iPhone dan android yang akan semakin memudahkan para pengguna hadist mengakses database hadist.
Ada beberapa cara untuk membantu proyek ini, antara lain adalah;
- Menyebarkan link URL http://myhadits.com ke komuniti yang dimilikinya.
- Menyebarkan ke Social Network seperti FaceBook dan Twitter dsb.
- Memasang link http://myhadits.com di blog atau website yang dimilikinya.
- Memberikan donasi untuk proyek myHadits.com

Proyek ini benar-benar dilakukan secara sukarela, bagi anda yang tertarik dengan proyek ini dapat ikut berkontribusi dengan memberikan donasi secara suka rela. Donasi dapat dilakukan melalui account Paypall dengan mengeklik button di bawah ini.