Thursday, December 22, 2011

Petuah Ulama: Pentingnya Menjaga Waktu



Inilah nasehat berharga dari para ulama kita. Sungguh di zaman ini, kita akan melihat banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya dengan sia-sia. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan maksiat, lalai dari ketaatan dan ibadah, dan gemar melakukan hal yang sia-sia yang membuat lalai dari mengingat Allah. Padahal kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang sangat singkat, tetapi kebanyakan kita lalai memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan. Pada tulisan kali ini, kami akan menyajikan perkataan-perkataan ulama terdahulu mengenai pentingnya menjaga waktu. Semoga dengan merenungkan nasehat para ulama berikut, kita dapat menjadi lebih baik dan tidak menjadi orang yang menyia-nyiakan waktu.

Ketahuilah bahwa Engkau Seperti Hari-harimu


Hasan Al Bashri mengatakan,

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.”[1]

Waktu Pasti akan Berlalu, Beramallah

Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,

إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.

“Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.”[2]

Waktu Bagaikan Pedang

Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,

صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك

“Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

Jika Tidak Tersibukkan dengan Kebaikan, Pasti akan Terjatuh pada Perkara yang Sia-sia

Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas, “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain:

ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل

Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[3]

Waktu Berlalu Begitu Cepatnya

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung).

Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu

Lalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.”[4]

Janganlah Sia-siakan Waktumu Selain untuk Mengingat Allah

Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.”[5]

Ya Allah, mudahkanlah kami selaku hamba-Mu untuk memanfaatkan waktu ini dalam ketaatan dan dijauhkan dari kelalaian. Amin Yaa Mujibas Saailin.

Source: rumaysho.com

Wednesday, October 19, 2011

KUNCI-KUNCI KEHIDUPAN


Kunci haji adalah ihram,

Kunci segala kebaikan adalah kejujuran,

Kunci surga adalah tauhid,

Kunci kemenangan dan kegemilangan adalah sabar,

Kunci penambahan nikmat adalah syukur,

Kunci kewalian adalah cinta dan dzikir,

Kunci keberuntungan adalah takwa,

Kunci petunjuk adalah cinta dan takut kepada Allah SWT,

Kunci permintaan adalah doa,

Kunci cinta akhirat adalah zuhud di dunia,

Kunci iman adalah merenungkan apa saja yang diperintahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk direnungkan,

Kunci masuk kepada Allah SWT adalah penyerahan hati, kesehatannya kepada-Nya, ikhlas karena-Nya dalam cinta & benci, mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejahatan,

Kunci kehidupan hati adalah merenungkan Al-Qur'an dan merendahkan diri, berdoa pada waktu sahur dan meninggalkan dosa ,

Kunci mendapatkan rahmat dan ihsan adalah beribadah kepada Al-Khaliq dan berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya,

Kunci rizqi adalah bekerja dengan disertai istighfar dan takwa,

Kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya,

Kunci persiapan menuju akhirat adalah memperpendek angan-angan,

Kunci segala kebaikan adalah cinta Allah SWT dan negeri akhirat,

Dan kunci segala keburukan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan

(Kitab Hadil Arwaah Ila Biladil Afraah, karya Syaikh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Darul Qalam, Beirut-Libanon)

Tuesday, October 11, 2011

Kutipan Petuah Dari 4 Imam Madzhab



"Ya Allah, orang yang dadanya sesak karena kami, sungguh hati kami lapang untuk mereka." -Abu Hanifah-

"Aku menganggap maksiat sebagai kehinaan; kujauhi ia agar diriku berkemuliaan; lalu jadilah ia kebiasaan." -Abu Hanifah-

"Cara mudah menjatuhkan wibawamu adalah dengan memuji dirimu sendiri." -Malik ibn Anas-

"Renungkanlah; jika ucapan kita ini termasuk perbuatan, kita pasti akan menyedikitkan kata-kata." -Malik ibn Anas-

"Belumlah menjadi saudaramu; dia yang masih membuatmu harus berpura-pura." -Asy Syafi'i-

"Siapa yang jika kau senangkan memujimu dengan yang tak kau miliki; kala marahnya juga akan menjelekkanmu dengan mengada-ada." -Asy Syafi'i-

Siapa mendengar dengan telinga, kan menjadi tukang cerita. Siapa menyimak dengan hati, kan menjadi Faqih yang ahli. -Asy Syafi'i-

Menasehati dengan kata-kata, bak muadzin yang merdu suaranya. Menasehati dengan teladan mulia, kan jadi Imam dalam segala. -Asy Syafi'i-

"Lunakkanlah hatimu dengan hanya memasukkan yang halal ke dalam perutmu." -Ahmad ibn Hanbal-

"Jika bumi mengecil jadi seremah roti; lalu seorang muslim menyuapkan itu pada saudaranya; ini bukanlah pemborosan." -Ahmad ibn Hanbal-

Source: milis iqro

Friday, September 16, 2011

Kemuliaan Orang-orang Miskin



Bersemangat tuk jadi kaya, kuat, & bermanfaat bagi seluas-luas sesama adalah mulia. Tapi haruskah kita mencela kemiskinan & keadaan papa?

Andai pada kemiskinan sama sekali tiada kebaikan; akankah Nabi bersabda, "Aku diperlihatkan surga; kebanyakan penduduknya miskin adanya"?

Nabi juga pernah menyebut betapa seorang miskin, kusut, compang-camping & tak laku; lebih baik dari sepenuh bumi si tampan berkekayaan.

Adalah 'Abdurrahman ibn 'Auf; si kaya yang penampilannya tak beda dengan budaknya, suatu hari menangis ketika dihidangkan roti lembut.

Tersedu dia berkata, "Mush'ab ibn 'Umair lebih baik dari kami. Dia tak pernah menikmati makanan seperti ini. Kala syahid di Uhud, ..." tiada kafan baginya selain selimut usang; kalau ditutupkan ke kepala terbuka kakinya, jika diselubungkan ke kaki tersingkap kepala.."

Tangisan 'Abdurrahman adalah sebab terkenang ungkapan Nabi saat melihat Mush'ab di Madinah; si tampan yang sejak hijrahnya menjadi papa.. kulitnya kering, mengelupas bagai ular berganti sisik, baju bertambal, tubuhnya kurus kurang gizi. Nabi menitikkan airmata & bersabda..

"Bagaimana kalian, jika dunia dibukakan, lalu masing-masing kalian berlimpah kekayaan & kemuliaan?", beliau pandangi sahabat-sahabatnya..

Mereka yang saat itu nyaris semua faqir adanya menjawab; "Jika demikian keadaan kami pastilah baik ya RasulaLlah!". Nabi menggeleng.. dengan pelupuk tergenang, "Tidak! Demi Allah! Demia Allah, kalian hari ini lebih baik daripada kalian pada hari itu!"

Maka tangis 'Abdurrahman adalah tangis iri; kepada mereka yang dikaruniai kematian di zaman ketika kesempitan menjadi urat persaudaraan.

Seperti tangis 'Umar ketika perbendaharaan Persia yang berlimpah bertimbun di Madinah. "Mengapa kau menangis hai Amirul Mukminin... padahal Islam dijayakan lewat kepemimpinanmu, & kaum muslimin dimakmurkan melalui dirimu?" 'Umar makin tersedu. "Jika ini kebaikan.. kata 'Umar sambil menunjuk timbunan harta itu; "Mengapa tidak terjadi di zaman RasuluLlah & Abu Bakr? Celaka! Mengapa di zamanku?"

Hari-hari ini kita mendengar bahwa menjadu kaya itu mulia; sekaligus bahwa miskin itu tercela. Tapi jika faktanya Nabi & sahabat utama.. lebih khawatir kan kekayaan daripada kemiskinan; menyebut lebih baiknya keadaan miskin daripada kaya; sudikah kita tuk memeriksa lagi?

Bahwa kaya & miskin, lapang & sempit, bahagia & duka; bukanlah ukuran mulia & tercelanya manusia. Kemuliaan ada pada sikap menjalaninya.

Bahwa Quran memuji Sulaiman yang berlimpah harta & sekaligus mengutuk Qarun si kaya. Lalu ia muliakan Ayyub yang sakit, berduka, & papa.

Allah mencela orang yang kala diberi kurnia mengatakan "Tuhanku memuliakanku" & saat disempitkan rizqi mengeluh "Tuhanku menghinakanku."

QS Al Fajr ayat 15-16 ini mencela rusaknya pola fikir ketika kebanyakan insan -yang beragama- menjadikan kekayaan sebagai ukuran mulia.

Dan Nabipun berdoa, "Wa laa taj'alid dunya akbara hammina, wa la mablagha 'ilmina.. Jangan jadikan dunia cita terbesar & tujuan ilmuku."

Saya bersaksi, benarlah Nabi tercinta; "Ni'mal malish shalih, li rajulish shalih! Sebaik-baik harta yang baik, di tangan lelaki baik."

Maka kekayaan itu kebaikan yang pujian padanya bersyarat; jika penggenggamnya mulia & bahkan memandang sebagai beban sebelum ditunaikan.

Tetapi memang demikianlah segala 'alat beramal kita di dunia; kekayaan, ilmu, kekuasaan, cinta; semua kemuliaannya tersandar pada nilai.

Pun demikian kemiskinan; ia menjadi tak layak dicela sebab Allah Maha Kuasa menjadikannya jalan kemuliaan bagi begitu banyak hamba.

Tentu intinya bukan soal miskin; melainkan sikap SABAR yang ada di dalamnya. Sebagaimana bukan kaya-nya; melainkan ungkapan syukurnya.

Salim sangat bersyukur dengan kehadiran para Gurunda yang membangkitkan semangat kita tuk jadi kaya; al. Gurunda @ipphoright & lainnya.

Sungguh tuk kebangkitannya, ummat hari ini memerlukan pilar-pilar kebaikan yang ditopang oleh berlimpahnya harta nan tak merasuki hati.

Ummat ini memerlukan sosok-sosok laiknya Abu Bakr, 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf. Tapi tak kurang-kurangnya, Akhfiya'ul Atqiya'..

Mereka yang bertaqwa & tersembunyi, mereka yang miskin harta tapi doanya mengguncang 'Arsyi; hajat ummat atas mereka besar sekali.

Mu'adz ibn Jabal menangis di hadapan 'Umar menjelang ajal; sebab dia, karena ilmu & kedermawanannya telah terkecualikan dari Akhfiya'..

Kita hari-hari ini lalu merenungkan sabda Nabi; "Bukan syirik yang aku khawatirkan pada kalian sepeninggalku, melainkan jika dunia... dibentangkan pada kalian, lalu kalian saling berlomba memperolehnya hingga sebagian memukul sebagian yang lain!" (Muttafaq 'Alaih)

Maka demikianlah dunia dikhawatirkan Sang Nabi pada para sahabat yang beriman. Lalu bagaimana kita yang tertatih mengeja makna berislam?

Lalu izinkan Salim membawakan makna kekhawatiran itu; di tengah gegap gempita semangat kita tuk jadi kaya. Moga ia jadi rem nan berguna.

Moga Allah teguhkan kita beriman & beramal di segala keadaan; berbagi tanpa menanti penuhnya pundi; sedekah tak menunggu kaya berlimpah.

Bersabar tanpa harus terkena musibah; bersyukur sebab nikmatNya tak henti mengucur. Dua kendaraan yang sama-sama mengantar ke surga.

Mendidik diri tuk memiliki sikap utama (sabar & syukur) yang mengabadi, tetap lebih harus didahulukan daripada menjadi kaya yang fana.

Sebab bakda upaya yang semestinya; atau pilihan jua; menjadi miskin tak menghalangi Salman, Abu Hurairah, Bilal, & Ibn Mas'ud tuk mulia.

Demikian Shalih(in+at), maafkan Salim yang faqir ilmu & terlalu berani bicara tentang harta yang Salim-pun bukan ahlinya. Mohon maafkan.

Doakan istiqamah menasehati diri; Jalan Kaki Tidak Keki, Naik Mercy Tidak Grogi, Naik Angkot Tidak Sewot, Naik Garuda Tidak Jumawa.. :)

source: milis

Tuesday, September 13, 2011

Hidup Sehat Dengan Al-Quran



Kisah dari seorang ustadz...

Masa itu, saya dalam kondisi pengobatan. Trigliserid 3 kali lipat dari batas normal membuat saya sering meradang sebab vertigo. Dunia seperti jungkir balik dan saya pun berobat dengan seorang professor. Hasilnya, ada bbrp obat yg perlu dikonsumsi dan diet bbrp jenis makanan terlarang sesaat. Sy dianjurkan utk bnyk konsumsi buah & sayuran. Sy pun 'terpaksa' nurut demi kesembuhan.

Msh teringat jelas saat suatu pagi sy diminta berceramah. Di sbh keluarga berada di daerah Radio Dalam, Jakarta. Usai acara sy dipersilakan menikmati makanan. Sy pun menyambut ajakan tuan rumah. Sblm tiba di meja makan prasmanan, sy persilakan seorg yg 'paling sepuh' di sana utk mengambil jamuan. Maka 'kakek' itu mengambil makanan dan sy berdiri kedua dlm giliran.

Sy menyaksikan betapa sang kakek mengambil semua makanan yg disajikan. Tdk ada yg terlewat, sementara sy hny mengambil sayur & buah.

Usai mengambil makanan, sy sengaja duduk di sisi beliau. "Masya Allah....!" Sy berdecak kagum melihat piring beliau 'munjung' dgn makanan. Sementara sy yg jauh lbh muda hny seperempat piring sj terisi sayur & buah. Terus terang sy merasa iri kpdnya.

Saat duduk di sampingnya, sy berujar, "Belum ada pantangan makan ya pak?!" Beliau tersenyum dan berkata, "Coba ustadz terka berapa umur saya...?!"
Sy menjawab dgn senyum seraya menerka, "Enam puluh tiga... Enam puluh lima... Enam puluh tujuh..." Anehnya, stp kali sy coba menerka umur, beliau selalu menggeleng dan tersenyum sambil berkata bahwa terkaan sy salah.

Tiga kali sy menerka selalu salah. Demi Allah, paras tubuhnya memberi isyarat kpd sy bhw umur beliau blm lbh dr kisaran 60-an. Hingga sy mulai menampakkan mimik bingung di wajah.

Rupanya si kakek menikmati permainan tebak umur itu dgn saya. Dalam kebingungan yg sy alami, beliau tetap tersenyum dan mulai menjelaskan dgn ujarnya, "Coba ustadz lihat di rambut kepala saya... Adakah uban di sana...? Kacamata yg sy pakai ini bukan minus atau plus. Mata sy msh awas & terang, Alhamdulillah. Ini sy gunakan hny utk menangkal sinar terik matahari.... Umur saya Alhamdulillah baru 83 tahun!!!"

Sy terperanjat mendengar ujar beliau. Gak masuk akal bagi sy umur beliau 83 thn tanpa uban di kepala. Semntara sy yg berusia 30-an sdh bnyk sekali uban bertabur. Apalg sy menggunakan kacamata minus tebal. Merasa tertarik dgn fakta ini sy kejar beliau dgn tanya menyusul, "Apa resepnya bisa hidup sehat, pak?!"

Beliau tersenyum dan membalas tanya sy dgn sbh pertanyaan, "Ustadz, suka baca Al Quran?!" Sy merasa aneh dgn pertanyaan ini. Dlm batin sy berkata, "saya ini ustadz... Masa ditanya kayak begituan?!"
Saya jawab beliau, "Ya, sy suka baca Al Quran!"

"Brp kali dlm sehari...?" Kejar beliau. "Minimal sekali dlm sehari. Rutin ba'da subuh sy membacanya" ujar saya.
"Oooo...., cuma sekali. Jadi lbh banyak makan dong daripada baca Al Quran?!" Lanjutnya.

Terus terang sy merasa terhina dgn ucapan beliau. Tp refleks sy lgsg bertanya, "Apa hubungan baca Al Quran dgn hidup sehat & awet muda?!"

Beliau jawab pertanyaan sy dgn bijak kali ini sambil menjelaskan, "Ustadz...., sampai kini guru saya msh hidup. Beliau tinggal di Sumatera Barat. Umur beliau saat ini 97 tahun, dan Alhamdulillah kemanapun ia masih menyetir mobil sendiri. Beliau sehat di usianya yg senja... Resep ini sy dapat dari beliau. Resep yg amat mudah dan simple; yaitu MEMPERBANYAK BACA AL-QURAN DARI KANAN KE KIRI bukan sebaliknya...."

Subhanallah... Sy bergumam. Kagum dan syukur sy mendapat sbh ilmu berharga ttg kesehatan dari seorg kakek di siang itu. Saat itu sy baru menyadari sbh hikmah mengapa Allah pilih bahasa arab utk Al Quran. Rupanya ayat 2 dalam surat Yusuf yg sering sy baca, baru kini sy mengerti salah satu hikmahnya.

Selamat hidup sehat dgn Al Quran, sobat!

Source: milis

Thursday, August 18, 2011

Pengemis Yahudi Buta & Nabi Muhammad SAW



Telah kita ketahui bersama bahwa nabi Muhammad memiliki sifat yg sangat mulia. Dan beliau adalah pribadi yang sangat suka menolong orang lain, nah pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan bagaimana kemuliaan nabi muhammad ketika ia berhadapan dengan seorang pengemis yahudi buta yg selalu menghinanya.

Alkisah, hiduplah Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi ia lalui dengan selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".

Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?",tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Nah inilah kisah itu sobat, dari kisah di atas kita bisa mengambil hikmah, bahwa setiap perbuatan yg kurang menyenangkan yg kita dapatkan dari orang lain bukan menjadi alasan bagi kita untuk memusuhi orang tersebut. Allah SWT berfirman, secara singkatnya begini, berdakwalah kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yg baik dan lawanlah mereka yg tidak menyukaimu dengan cara yg baik pula.

Source: milis

Thursday, August 11, 2011

Behitung Pahala Tilawah Di Bulan Mega Bonus



Di bulan Ramadhan ini kita diminta oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa dengan ihtisaban seperti dalam sabdanya, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuhi keimanan dan ihtisaban, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Ihtisaban maksudnya penuh perhitungan. Berhitung seperti seorang pedagang mengkalkulasi berapa keuntungan yang ingin didapat dari dagangannya. Kenapa Rasulullah SAW meminta kita berhitung dalam berpuasa di bulan Ramadhan? Karena Ramadhan bulan mega bonus!

Rasulullah SAW menjelaskan, “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.”

Menurut penelitian Imam an-Nasafi yang dicatatkan dalam kitab Majmu Al-Ulum Wa Mathli’u An-Nujum dan dikutip Imam Ibn Arabi dalam mukaddimah Al-Futuhuat Al-Ilahiyah, Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dan 1.027.000 huruf. Jadi, jika berhasil mengkhatamkan tilawah Al-Qur’an sekali saja, kita akan dapat pahala sebesar 1.027.000 x 700 = 718.900.000.

Rasulullah SAW memberi batas bawah bagi seorang muslim dalam hal tilawah adalah minimal khatam Al-Qur’an sekali dalam sebulan. Tapi, muslim yang cerdas tentu tidak merasa cukup Cuma khatam sekali di bulan Ramadhan. Kalau cuma sekali ya rugi karena tidak beda dengan bulan-bulan yang lain. Jadi, harus bisa khatam lebih dari dua kali.
Terlebih lagi ketika Lailatul Qadar. Jangan sampai tidak tilawah di malam itu. Allah SWT menyatakan bahwa nilai Lailatul Qadar lebih baik daripada 1.000 bulan atau setara dengan 354.000 kali malam biasa. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.”

Berapa pahala yang bisa kita peroleh jika membaca 1 juz Al-Quran pada saat Lailatul Qadar? Jika kita asumsikan jumlah huruf dalam setiap juz sama, maka angkanya kira-kira 1.027.000 : 30 = 34.233 huruf. Jumlah potensi pahala yang bisa kita dapat di malam itu adalah 34.233 x 700 x 354.000 = 8.482.937.400.000. Subhanallah, angkanya triliunan!

Surat Al-Qadr turun karena suatu saat Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabat tentang seseorang dari Bani Israil yang berjuang fii sabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Laki-laki itu selalu beribadah pada malam hari hingga pagi dan di siang harinya berjihad memerangi musuh.

Para sahabat kagum sekaligus iri kepada lelaki itu. Allah memberi kesempatan kepada lelaki itu selama 1.000 bulan untuk konsisten beribadah dan berjihad. Sementara, para sahabat banyak yang masuk Islam pada umur tidak muda lagi. Sementara potensi usia hidup umat Nabi Muhammad SAW hanya 60 tahun. Jadi, para sahabat merasa tidak mungkin menyamai ibadah yang dilakukan oleh lelaki dari Bani Israil yang diceritakan Rasulullah SAW.

Allah Maha Adil. Allah SWT memberikan Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jika kita beribadah saat Lailatul Qadar, Allah SWT menggandakan nilainya menjadi 354.000 kali lipat. Tilawah satu juz dapat pahala 8.482.937.400.000. Kalau 3 juz, 25.448.812.200.000! Maka merugilah orang yang tidak memperbanyak tilawah saat Lailatul Qadar.

Disarikan dari: dakwatuna.com

Tuesday, August 9, 2011

Hindari Api Neraka Meski dengan Separuh Kurma


RASULULLAH SAW bersabda, “Setiap orang pasti akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat. Saat itu tidak ada penerjemah antara keduanya. Dia melihat ke arah kanannya dan tidak menjumpai apa pun kecuali amal perbuatan yang selama ini diperbuat. Lalu dia melihat ke arah kirinya dan dia juga tidak menjumpai ap apun kecuali amal yang telah dia perbuat. Selanjutnya dia melihat ke arah depan dan dia tidak melihat apa pun kecuali api di hadapan wajahnya. Maka jauhilah api neraka walaupun hanya dengan separuh kurma.”

Lihatlah keagungan berinfak. Separuh buah kurma dapat menyelamatkan setiap muslim dari api neraka. Sampai-sampai seandainya tidak memiliki apa pun kecuali hanya sebuah kurma, kita harus membelahnya menjadi dua. Dimakan setengahnya dan setengahnya lagi diinfakkan kepada fakir miskin.

Perhatikanlah baik-baik, separuh buah kurma ternyata dapat menghindari dari kobaran api neraka. Benar, ada kesempatan yang dapat menyelamatkan dari api Jahannam yang kita semua berusaha untuk menghindarinya.

Jika demikian, apalagi yang ditunggu? Marilah kita berinfak! Sedekahkanlah barang yang paling disukai. Allah SWT berfirman: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, sesungguhnya Allah Mengetahui." (QS Ali Imran: 92).

Oleh karena itu, jangan biarkan satu hari pun berlalu kecuali telah berinfak. Ketahuilah, di sana ada segolongan umat manusia yang ketika telah berlalu satu hari dari mereka, dan mereka belum sempat berinfak, maka mereka pun merasa sedih.

Akan tetapi, di sisi lain kita juga mendapati segolongan manusia lainnya yang membiarkan waktu mereka berlalu begitu saja, satu bulan, dua bulan, bahkan hingga satu atau dua tahun. Mereka sedikitpun tidak pernah menyedekahkan harta mereka. Allah SWT berfirman: Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS At Taubah: 34).

Dari Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya sedekah dapat memendam kemarahan Tuhanmu dan menghindarkan dari kematian yang jelek." (HR At Tirmidzi).

Oleh karena itu, jika dalam satu hari kita berbuat dosa, bersedekahlah, Jika suatu saat menyimpang dari ketaatan, bersedekahlah!

Source: okezone

Sunday, July 24, 2011

Belajar Membagi Penghasilan Dari Emang Tukang Bakso



Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

Source: Milis

Tuesday, July 19, 2011

5 Miliarder Dunia yang Hidup Sederhana

Setidaknya satu kali dalam hidup, pernahkah Anda berfantasi menjadi orang yang bergelimang harta? Lantas, apa yang akan Anda lakukan dengan uang miliaran atau triliunan di tangan Anda?

Memang tidak sedikit jumlah orang kaya di planet ini. Namun percaya atau tidak, masih ada di antara orang-orang kaya dunia tersebut yang hidup relatif normal, dalam arti hidup seperti orang kebanyakan.

Rahasia "kotor" dari orang-orang kaya bersahaja ini adalah bahwa mereka tidak bertingkah laku seperti orang kaya. Mereka sibuk berhemat dan berinvestasi demi masa depan, daripada menghambur-hamburkan uang hanya untuk kepentingan sesaat.

Coba simak beberapa orang kaya bersahaja di dunia berikut ini, seperti dikutip dari San Francisco Chronicle, Kamis 1 April 2010.

1. Warren Buffett


Buffett adalah seorang investor sukses, pebisnis, sekaligus filantropis, dan pemilik Berkshire Hathaway. Namun, rahasia sebenarnya dari kekayaan pribadi Buffett mungkin adalah kegemarannya untuk berhemat. Pemilik harta kekayaan senilai US$47 miliar ini menjauhi rumah dan benda-benda mewah. Bersama istrinya, pria 79 tahun ini masih tinggal di rumah sederhana mereka di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat yang mereka beli dengan harga US$31.500, lebih dari 50 tahun lalu. Meski Buffett sering menikmati hidangan di restoran terbaik di berbagai belahan dunia, bila disodori pilihan, Buffett akan lebih memilih burger dan kentang goreng beserta Coke cherry dingin. Saat ditanya mengapa dia tidak memiliki sebuah kapal pesir, Buffett menjawab: "Kebanyakan mainan cuma menimbulkan rasa nyeri di leher."

2. Carlos Slim


Nama Carlos Slim belum terlalu dikenal orang bila dibandingkan dengan nama-nama besar macam Bill Gates. Namun, pria warga Meksiko ini baru saja dikukuhkan sebagai orang paling kaya sejagat, mengalahkan pendiri Microsoft tersebut. Kekayaan Slim bernilai lebih dari US$53 miliar. Meski dia bisa membeli berbagai barang mewah duniawi, Slim hampir tidak pernah memanfaatkan kesempatan itu. Seperti Buffett, Slim tidak memiliki kapal pesiar atau pesawat, dan tetap menghuni rumah yang sama sejak 40 tahun lalu.

3. Ingvar Kamprad


Kamprad, pendiri ritel furnitur terkemuka asal Swedia, Ikea. Bagi Kamprad, mencari cara untuk menghemat uang bukan hanya persoalan konsumennya, tetapi juga menjadi nilai berharga bagi dirinya sendiri. Kamprad pernah berujar, "Orang-orang Ikea tidak mengendarai mobil mencolok atau tinggal di hotel-hotel mewah." Aturan tersebut berlaku juga bagi dirinya, pendiri perusahaan ritel Ikea. Dia sering menggunakan kereta untuk mengurus bisnisnya yang tersebar di mana-mana. Untuk urusan di dalam kota, Kampard cukup memanfaatkan bus kota atau mengendarai mobilnya yang telah berumur 15 tahun, sebuah Volvo 240 GL.

4. Chuck Feeney


Feeney tumbuh besar sebagai seorang keturunan Amerika-Irlandia saat terjadi Depresi Besar di Amerika Serikat. Faktor itu bisa jadi mempengaruhi gaya hidup hemat pria kelahiran 23 April 1931 ini. Dengan motto pribadi "Saya ditakdirkan untuk bekerja keras, bukan untuk menjadi orang kaya", salah seorang pendiri Duty Free Shoppers ini diam-diam menjadi seorang miliuner dunia.

Namun, hal lain yang juga dilakukan diam-diam adalah bahwa Feeney memberikan nyaris semua kekayaannya ke yayasan kemanusiaan, Atlantic Philanthropies. Selain memberikan lebih dari US$600 miliar ke almamater Cornell University, dia juga menyumbangkan miliaran dolar ke berbagai sekolah, rumah sakit, dan badan penelitian. Feeney bahkan mengalahkan Buffett dan Kamprad dalam "kategori donasi".

Pemakai rutin fasilitas transportasi umum ini juga selalu terbang menggunakan kelas ekonomi, membeli pakaian dari toko ritel, dan tidak menghamburkan uang hanya untuk membeli rak sepatu besar. "Kita hanya bisa mengenakan satu pasang sepatu dalam satu kali kesempatan", katanya. Dia juga membesarkan anak-anaknya dengan cara normal, yakni dengan meminta mereka bekerja paruh waktu saat musim panas seperti yang dilakukan anak-anak remaja di Amerika.

5. Frederik Meijer


Toko-toko kelontong Meijer banyak tersebar di Midwest, Amerika Serikat. Nilai kekayaan Meijer mencapai lebih dari US$5 miliar, dan hampir separuh dari kekayaan itu justru ditimbun saat pendapatan bersih bisnis Meijer anjlok pada 2009.

Seperti Buffett, Meijer membeli mobil dengan harga logis dan mengendarai mobil-mobil itu sampai tidak bisa digunakan lagi. Seperti Kamprad, Meijer memilih motel-motel biasa saat bepergian untuk urusan bisnis. Dan seperti Chuck Feeney, Meijer fokus pada sesuatu yang bisa diberikan pada masyarakat, dan bukan memboroskan uang untuk kepentingan pribadi.

Monday, July 18, 2011

Mengenang Ustadz Jenderal Sudirman


Tidak ada seorang Indonesia pun yang tidak mengenal beliau. Namanya kerap diabadikan sebagai nama jalan-jalan besar di kota-kota seantero Indonesia. Ya, beliau Jenderal Sudirman, yang sering dipanggil sebagai Pak Dirman. Seorang Jenderal yang sekaligus ulama,guru dan panglima perang di masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan 1945-1949.

Sudirman lahir di Desa Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah pada 24 Januari 1916. Beliau lahir dari kalangan santri dan mengenyam pendidikan Muhammadiyah. Sebelum bergabung dengan Kyodo Boei Gyugun atau yang diistilahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai Tentara Pembela Tanah Air (PETA), Pak Dirman adalah guru di sekolah Muhammadiyah di Cilacap.

Pak Dirman direkrut pemerintah Jepang untuk disiapkan sebagai pasukan cadangan guna menahan infiltrasi tentara sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mc Arthur. Karena kapasitasnya, selepas pendidikan militer Pak Dirman langsung menjadi komandan bataliyon PETA Banyumas.

Setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, para veteran PETA digabungkan dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal TNI. Pak Dirman menjabat sebagai Panglima Divisi Region Banyumas dengan pangkat Kolonel.

Pada tanggal 12 Desember 1945, Pak Dirman memimpin sebuah serangan terhadap Tentara Inggris di Ambarawa, yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa, dan berhasil memukul mundur Tentara Inggris pada tanggal 16 Desember 1945. Dalam palagan Ambarawa tersebut Pak Dirman merekrut dan melatih santri-santri Pondok Pesantren Kyai Siraj Ambarawa sebagai anggota tentara.

Kemenangan gemilang Pak Dirman ini menjadikan Bung Karno (Presiden RI kala itu) mengangkat Pak Dirman sebagai Panglima Angkatan Bersenjata dan menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal pada tanggal 18 Desember 1945. Usia beliau saat diangkat menjadi Panglima Angkatan Bersenjata masih 29 tahun. Mulailah Pak Dirman memimpin perjuangan bersenjata mempertahankan Republik Indonesia. Pak Dirman pula yang merubah TKR menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia) bersama Jenderal Oerip Soemohardjo dan Mayor Jenderal Gatot Subroto.

Sosok Pak Dirman, dikenal oleh prajurit TNI kala itu bukan sebagai Jenderal yang bermain kuasa. Beliau lebih sering disebut sebagai "Kajine" atau Pak Kaji (Haji) meskipun beliau belum pernah ke tanah suci untuk berhaji. Julukan ini karena perilaku dan budi pekerti beliau. Pak Dirman dikenal sering mengadakan pengajian di desa-desa yang dilewatinya saat bergerilya, menjaga shalat-shalat wajibnya, berpuasa sunnah, dan shalat-shalat malam meskipun berada di tengah-tengah rimba.


Di tengah-tengah perjuangannya, Pak Dirman menderita tuberculosis paru yang akhirnya memakan paru-parunya hingga Pak Dirman hanya mempunyai satu paru-paru yang berfungsi. Pada Januari 1949, Tentara Belanda melakukan serangan besar-besaran khususnya di Yogyakarta, sebagai ibukota negara kala itu, yang dikenal sebagai Agresi Militer II.


Pak Dirman sedang terbaring sakit karena penyakit tuberculosisnya semakin parah. Bung Karno meminta kepada Pak Dirman untuk beristirahat, dan tentara Belanda akan dihadapi dengan perundingan. Pak Dirman menolak dengan halus dan mengatakan bahwa dirinya dan TNI akan menghadapi tentara Belanda dengan risiko apapun. Kota Jogja jatuh, Bung Karno dan Bung Hatta ditawan Belanda, Pak Dirman membawa TNI hijrah dari kota Jogja menuju hutan-hutan di sepanjang Pulau Jawa untuk bergerilya meninggalkan keluarga dan harta yang dimiliki.

Dengan kondisi penyakit yang sangat parah....Jenderal itu terus bertempur, terus mengaji, terus istiqomah bershalat malam dimanapun berada. Taktik gerilya ini membuahkan hasil, salah satunya Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letkol Suharto (Presiden RI II) sebagai perintah Pak Dirman untuk menunjukkan bahwa Indonesia masih ada. Pak Dirman selalu memberikan semangat kepada anak buahnya dengan rangkaian ayat:
“Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang akan menyelematkanmu dari siksa yang pedih. Yaitu, kamu yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwamu…”(As Shaf 10-12).


Pak Dirman wafat di Magelang pada 29 Januari 1950 pada usia 35 tahun tepat beberapa hari setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, dan beberapa hari setelah Pak Dirman kembali ke kota Jogja. Bung Karno menjanjikan pengobatan bagi Pak Dirman..namun takdir beliau adalah kembali pulang ke hadirat Allah di usia yang masih muda.

(Dari Berbagai Sumber)

Thursday, June 30, 2011

Kisah Nenek Pemungut Daun Halaman Masjid


Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya. Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya.

Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat, pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya, kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhir tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya.”

Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur. Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw.

Tuesday, June 21, 2011

KETIKA SEORANG BIJAK DI TANYA


1. Siapakah manusia yang kondisinya paling buruk?

Ia menjawab: Seseorang yang kuat syahwatnya, jauh cita-citanya, pendek hidupnya dan sempit bashirah-nya (mata hatinya).

2. Dengan apa seorang manusia membalas dendam kepada musuhnya?

Ia menjawab: dengan memperbaiki dirinya.

3. Apa itu sifat dermawan?

Ia menjawab: Hendaklah engkau menyumbangkan hartamu dan wara’ dari harta yang bukan milikmu.

4. Bagaimana aku tahu mana teman yang tulus ikhlas?

Ia menjawab: Kalau dia memintamu, jangan dikasih, dan mintalah sesuatu darinya, jika ia tetap memberi, itulah dia teman sejati, dan jika ia tidak memberinya, maka, cukuplah Allah sebagai tempat meminta pertolongan.

5. Apa yang menjadi kesenanganmu?
Ia menjawab, sehari saja saya selamat dan aman!

Maka ditanyakan kepadanya: Bukannya sepanjang hari engkau selamat dan aman?

Ia menjawab: Yang dimaksud dengan ‘selamat dan aman’ adalah ada satu hari berlalu dan engkau tidak berbuat dosa pada hari itu.

6. Seorang bijak berkata: Manusia ada empat; dermawan, pelit, berlebihan dan ekonomis.

Dermawan yaitu seseorang yang memberikan jatah dunianya untuk akhiratnya.

Seorang pelit yaitu seseorang yang tidak memberikan jatahnya, baik untuk dunia maupun untuk akhirat.

Seorang musrif (yang berlebihan) adalah seseorang yang menggabungkan seluruh jatahnya untuk urusan dunia.

Seorang yang muqtashid (ekonomis) adalah seseorang yang memberikan kepada masing-masing jatahnya; dunia untuk dunia dan akhirat untuk akhirat.

7. Seorang bijak berkata: ada empat hal baik, namun, ada empat hal lebih baik;

a. Sifat malu dari kaum lelaki adalah baik, namun, sifat malu yang dimiliki kaum perempuan lebih baik.

b. Keadilan dari semua manusia adalah baik, namun, keadilan dari para hakim dan pemimpin adalah lebih baik.

c. Taubat dari seseorang yang sudah tua adalah baik, namun, taubat dari seorang muda lebih baik.

d. Derman bagi orang kaya adalah baik, namun, derma dari kaum fakir adalah ahsan.

8. Jika engkau bertanya kepada seorang mulia, maka biarkan ia berfikir, sebab ia tidak berfikir kecuali yang terbaik.

Dan jika engkau bertanya kepada seorang yang buruk (tercela), maka segerakan, agar wataknya tidak memberi isyarat kepadanya untuk berkata: “Jangan lakukan”!

9. Manakah yang lebih afdhal; ulama atau orang kaya?

Ia menjawab: Ulama lebih baik

Ditanyakan kepadanya: Lalu kenapa para ulama mendatangi pintu-pintu orang kaya?! Dan kami tidak melihat orang-orang kaya mendatangi pintu-pintu para ulama?!

Ia menjawab: Sebab para ulama mengetahui keutamaan harta, sementara orang-orang kaya tidak mengetahui keutamaan ilmu.

10. Dalam hal kebajikan, manusia ada empat macam; ada yang memulai, ada yang melakukannya dalam rangka berqudwah.

Dan diantara mereka ada yang meninggalkannya karena tidak ada kesempatan dan diantara mereka ada yang meninggalkannya karena memandangnya sebagai sesuatu yang terbaik.

a. Adapun yang melakukannya dalam rangka memulai, maka ia adalah seorang yang mulia.

b. Ada pula yang melakukannya karena mencontoh dan berteladan, maka ia adalah seorang yang bijaksana.

c. Ada juga yang meninggalkannya karena menganggap baik, maka ia adalah seorang bodoh.

d. Dan ada pula yang meninggalkannya karena tidak mendapatkan kesempatan, maka ia adalah seseorang yang celaka.

Source: milis Iqro

Tuesday, May 24, 2011

Kisah al-Imam Asy Syafi’ Bertamu Ke al-Imam Ahmad bin Hambal



Pada suatu hari al-Imam Asy Syafi’i ra datang berkunjung ke rumah al-Imam Ahmad bin Hambal. Seusai makan malam bersama, al-Imam Asy Syafi’i masuk ke kamar yang telah disediakan untuknya, dan beliau segera berbaring (tidur) hingga esok fajar.
Puteri Imam Ahmad yang mengamati Imam Syafi’i sejak awal kedatangannya hingga masuk kamar tidur, terkejut melihat teman dekat ayahnya itu. Dengan terheran-heran ia bertanya, "Ayah…, ayah selalu memuji dan mengatakan bahwa Imam Syafi’i itu seorang ulama yang amat alim. Tapi setelah kuperhatikan dengan seksama, pada dirinya banyak hal yang tidak berkenan di hatiku, dan tidak sealim yang kukira."

Imam Ahmad agak terkejut mendengar perkataan puterinya. Ia balik bertanya, "Ia seorang yang alim, anakku. Mengapa engkau berkata demikian?" Sang putri berkata lagi, "Aku perhatikan ada tiga hal kekurangannya, Ayah. Pertama, pada waktu disuguhi makanan, makannya lahap sekali. Kedua, sejak masuk ke kamarnya, ia tidak shalat malam dan baru keluar dari kamarnya sesudah tiba shalat subuh. Ketiga, ia shalat subuh tanpa berwudhu.

Imam Ahmad merenungkan perkataan puterinya itu, maka untuk mengetahui lebih jelasnya dia menyampaikan pengamatan puterinya kepada Imam Syafi’i. Maka Imam Syafi’i tersenyum mendengar pengaduan puteri Imam Ahmad tersebut. Lalu dia berkata, "Ya Ahmad, ketahuilah olehmu. Aku banyak makan di rumahmu karena aku tahu makanan yang ada di rumahmu jelas halal dan thoyib. Maka aku tidak meragukannya sama sekali. Karena itulah aku bisa makan dengan tenang dan lahap. Lagi pula aku tahu engkau adalah seorang pemurah. Makanan orang pemurah itu adalah obat, sedangkan makanan orang kikir adalah penyakit. Aku makan semalam bukan untuk kenyang, akan tetapi untuk berobat dengan makananmu itu, ya Ahmad. Sedangkan mengapa aku semalam tidak shalat malam karena ketika aku meletakkan kepalaku di atas bantal tidur, tiba-tiba seakan aku melihat dihadapanku kitab Allah dan sunnah Rasulnya. Dengan izin Allah, malam itu aku dapat menyusun 72 masalah ilmu fiqih Islam sehingga aku tidak sempat shalat malam. Sedangkan kenapa aku tidak wudhu lagi ketika shalat subuh karena aku pada malam itu tidak dapat tidur sekejap pun. Aku semalam tidak tidur sehingga aku shalat fajar dengan wudhu shalat Isya’.

Saudaraku,
Episode singkat di atas menyuguhkan pesona diri Imam Syafi’i yang sangat menakjubkan. Betapa jelas nampak terlihat, ketinggian ilmunya bertumpu sempurna di atas pondasi keimanan yang begitu kokoh.

Setiap kita, selaku individu muslim, memiliki peluang yang sama untuk mencapai kualitas syakhsiyah Islamiyah seperti yang dimiliki oleh Imam Syafi’i. Namun yang membedakan adalah tingkat kecepatan meraihnya, dimana ia tergantung sebagiannya pada level kesabaran dan istiqomah kita menjalani proses pembentukan syakhsiyah tersebut. Sebagian lainnya ditentukan oleh kemauan, kesungguhan, keseriusan serta tingkat totalitas individu yang kesemuanya itu bisa terukur dan dinilai oleh mata ummat Islam.

Seperti mata puteri Imam Ahmad, yang baru mengenal Imam Syafi’i memberikan penilaian berdasarkan apa yang telah dilihatnya dalam tempo yang teramat singkat yaitu hanya semalam. Sementara mata Imam Ahmad selaku ulama yang mewakili pandangan kaum muslimin masa itu yang telah bergaul cukup lama dengan Imam Syafi’i memberikan kesaksian dan penilaian yang berbeda. Mata ummat (pandangan kolektif) selalu lebih jernih dan lebih jujur dibandingkan dengan pandangan individu yang terbatas dan berpeluang menilai subyektif.

Allah ta’ala berfirman dalam surat At-Taubah:105, ”Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu…”

Wallahu’alam.

Nasihat Terakhir Ustadzah Yoyoh Untuk Sang Putera


From: Yoyoh Yusroh
Date: 2011/5/18
Subject: Nasihat untuk sang putera
To: Aizza Jundana

Nasihat Seorang Arab Kepada Putranya
(Ukht/ Nayifah Uwaimir)

Wahai puteraku …
Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia ..
Janganlah berbicara dalam berbagai urusan ..
Kecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya ..
Dan jika seseorang datang membawa berita, cari bukti kebenarannya sebelum dengan berani engkau berbicara ..
Hati-hati dengan isu .. jangan percayai setiap yang dikatakan, jangan pula percaya sesuatu yang setengah engkau lihat ..
Dan jika engkau mendapatkan cobaan berupa seorang musuh .. hadapi dengan berbuat baik kepadanya .. tolak dengan cara yang lebih baik, niscaya permusuhan itu berubah menjadi cinta kasih

Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”.

Jika engkau diserang banyak orang sementara engkau berada di atas kebenaran .. atau jika engkau diserang dengan kritikan-kritikan buruk .. bergembiralah .. sebab mereka sebenarnya sedang berkata: “engkau orang yang sukses dan berpengaruh”, sebab,
· anjing yang mati tidak akan ditendang,
· dan tidak dilempar kecuali pohon yang berbuah

Wahai puteraku ..
Jika engkau hendak mengkritik, biasakan untuk melihat dengan mata tawon lebah .. dan jangan memandang orang lain dengan mata lalat, sebab engkau akan terjatuh kepada perkara yang busuk!

Tidurlah lebih awal wahai puteraku agar bisa bangun lebih awal .. sebab keberkahan ada di pagi hari, dan saya khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan rizki Allah yang Maha Penyayang disebabkan engkau begadang di malam hari, sehingga tidak bisa bangun pagi!

Akan aku ceritakan kepadaku kisah seekor kambing dan serigala, supaya engkau aman dari orang yang berbuat makar ..
Dan saat seseorang memberikan tsiqah-nya kepadamu, jangan sampai engkau mengkhianatinya!
Akan aku ajak engkau ke sarang singa .. akan aku ajarkan bahwa singa itu tidak menjadi raja hutan dikarenakan aumannya!!
Akan tetapi, karena ia berjiwa tinggi! Tidak mau memakan hasil buruan binatang lain, betapapun ia lapar .. dan perutnya melilit-lilit .. jangan mencuri jerih payah orang lain .. sebab engkau menjadi keji!

Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang! Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”.

Wahai puteraku ..
Biasakan engkau bersyukur .. kepada Allah! Cukuplah menjadi alasan untuk bersyukur kepada-Nya bahwa engkau dapat berjalan, mendengar dan melihat!
Bersyukurlah kepada Allah, dan syukuri pula manusia .. sebab Allah SWT akan menambah orang-orang yang bersyukur
Dan manusia senang saat mendapati seseorang yang diberi sesuatu lalu orang itu menghargainya!

Wahai puteraku .. ketahuilah bahwa sifat utama yang paling agung dalam kehidupan ini adalah sifat jujur!
Dan bahwasanya kebohongan, meskipun tampak memberi keselamatan .. namun jujur lebih berakhlaq bagimu! Dan bagi orang sepertimu!

Wahai puteraku …
Persiapkan alternatif untuk segala urusan .. agar engkau tidak membuka jalan kehinaan!
Manfaatkan segala peluang .. sebab peluang yang datang sekarang .. bisa jadi tidak akan berulang!!

Jangan berkeluh kesah .. aku harap engkau optimis .. siap menghadapi kehidupan ..
Jauhilah orang-orang yang putus asa dan pesimis, lari dari mereka! Dan jangan sampai engkau duduk dengan seseorang yang selalu memandang sial kepada segala hal!!

Jangan bergembira saat melihat orang lain terkena musibah .. jangan pula menghina orang karena postur atau penampilannya ..
Sebab dia tidak menciptakan dirinya .. dan saat engkau menghina orang lain, pada hakekatnya engkau menghina ciptaan dari Dzat yang Maha Mencipta dan Membuat bentuk rupa

Jangan membuka aib orang, sebab Allah akan membuka aibmu di rumahmu .. sebab Allah-lah Dzat yang menutupi .. dan mencintai orang yang menutupi!
Jangan menzhalimi siapa pun .. dan jika engkau hendak menzhalimi dan engkau merasa mampu menzhalimi, ingatlah bahwa Allah SWT lebih mampu!

Jika engkau merasa hatimu mengeras, usaplah kepala anak yatim .. engkau akan terheran-heran .. bagaimana usapan itu dapat menghilangkan rasa keras hati dari hatimu, seakan hatimu menjadi pecah dan melunak!

Jangan mendebat .. dalam perdebatan .. kedua pihak merugi.
Kalau kita yang kalah, kita merugi telah kehilangan kebesaran kita, dan jika menang, kita juga merugi, telah kehilangan orang lain yang menjadi lawan debat kita .. semua kita kalah .. baik yang merasa menang .. dan yang merasa belum menang!

Jangan monopoli pendapat .. yang bagus adalah engkau mempengaruhi dan dipengaruhi!
Hanya saja, jangan larut dalam pendapat banyak orang .. dan jika engkau merasa bahwa pendapatmu benar .. tegarlah dan jangan terpengaruh!

Wahai puteraku ..
Engkau dapat merubah keyakinan orang .. dan menguasai hati mereka tanpa engkau sadari! Bukan dengan sihir, bukan pula dengan jampi .. namun, dengan senyumanmu .. dan kosa katamu yang lembut .. dengan keduanya, engkau dapat menyihir!!
Oleh karena itu, tersenyumlah .. maha suci Allah yang telah menjadikan senyuman sebagai ibadah dalam agama kita, dan kita mendapatkan pahala darinya!!

Di Cina .. jika engkau tidak murah senyum, mereka tidak akan berikan lisensi kepadamu untuk membuka kedai ..
Jika engkau tidak menemukan orang yang tersenyum kepadamu, tersenyumlah engkau kepadanya!
Jika bibirmu terbuka karena senyuman .. dengan cepat .. terbuka pula hati untuk mengekspresikan isinya

Jika orang meragukanmu, bela dirimu .. jelaskan .. dan beri keterangan pembenarannya!
Jangan suka nimbrung dan mengenduskan hidungmu dalam segala urusan .. jangan pula ikut-ikutan, berposisi bersama banyak orang saat mereka bersikap!!
Wahai puteraku .. jauhkan dirimu dari hal ini .. aku sangat tidak suka kalau melihatmu seperti ini!!

Jangan bersedih wahai puteraku terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan! Sebab kita tidak diciptakan kecuali untuk diuji dan diberi cobaan .. sehingga Allah melihat kita .. adakah kita bersabar?
Karena itu .. santai saja .. jangan keruh hati! Yakinlah bahwa jalan keluar dekat ..
“jika mendung semakin hitam, pertanda, sebentar lagi hujan”!!

Jangan meratapi masa lalu, cukuplah bahwa ia telah berlalu .. sia-sia kalau kita memegang gergaji kayu, lalu menggergaji!!
Tataplah hari esok .. persiapkan diri .. dan singsingkan lengan baju untuk menghadapinya!!
Jadilah orang yang mulia .. berbanggalah dengan dirimu!
Sebagaimana engkau melihat dirimu, begitulah orang lain akan melihatmu ..
Jangan sekali-kali meremehkan dirimu!! Sebab engkau menjadi besar saat engkau ingin besar .. hanya engkau saja yang memutuskan ia menjadi kecil!

Yoyoh Yusroh
Komisi I DPR RI
Sent from my iPad
Posted by izza at 5/23/2011 12:51:00 AM

Source: milis Iqro-Foundation, NSW

Sunday, May 22, 2011

Kisah Seguci Emas



Sebuah kisah yang terjadi di masa lampau, sebelum Nabi kita Muhammad SAW dilahirkan. Kisah yang menggambarkan kepada kita pengertian amanah, kezuhudan, dan kejujuran serta wara’ yang sudah sangat langka ditemukan dalam kehidupan manusia di abad ini.

Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah z, dia berkata: Rasulullah n bersabda:

اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عَقَارًا لَهُ فَوَجَدَ الرَّجُلُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ فِي عَقَارِهِ جَرَّةً فِيهَا ذَهَبٌ فَقَالَ لَهُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ: خُذْ ذَهَبَكَ مِنِّي إِنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الْأَرْضَ وَلَمْ أَبْتَعْ مِنْكَ الذَّهَبَ. وَقَالَ الَّذِي لَهُ الْأَرْضُ: إِنَّمَا بِعْتُكَ الْأَرْضَ وَمَا فِيهَا. فَتَحَاكَمَا إِلَى رَجُلٍ فَقَالَ الَّذِي تَحَاكَمَا إِلَيْهِ: أَلَكُمَا وَلَدٌ؟ قَالَ أَحَدُهُمَا: لِي غُلَامٌ. وَقَالَ الآخَرُ: لِي جَارِيَةٌ. قَالَ: أَنْكِحُوا الْغُلَامَ الْجَارِيَةَ وَأَنْفِقُوا عَلَى أَنْفُسِهِمَا مِنْهُ وَتَصَدَّقَا

Ada seorang laki-laki membeli sebidang tanah dari seseorang. Ternyata di dalam tanahnya itu terdapat seguci emas. Lalu berkatalah orang yang membeli tanah itu kepadanya: “Ambillah emasmu, sebetulnya aku hanya membeli tanah darimu, bukan membeli emas.”

Si pemilik tanah berkata kepadanya: “Bahwasanya saya menjual tanah kepadamu berikut isinya.”

Akhirnya, keduanya menemui seseorang untuk menjadi hakim. Kemudian berkatalah orang yang diangkat sebagai hakim itu: “Apakah kamu berdua mempunyai anak?”

Salah satu dari mereka berkata: “Saya punya seorang anak laki-laki.”

Yang lain berkata: “Saya punya seorang anak perempuan.”

Kata sang hakim: “Nikahkanlah mereka berdua dan berilah mereka belanja dari harta ini serta bersedekahlah kalian berdua.”

Sungguh, betapa indah apa yang dikisahkan oleh Rasulullah n ini. Di zaman yang kehidupan serba dinilai dengan materi dan keduniaan. Bahkan hubungan persaudaraan pun dibina di atas kebendaan. Wallahul musta’an.

Dalam hadits ini, Rasulullah n mengisahkan, transaksi yang mereka lakukan berkaitan sebidang tanah. Si penjual merasa yakin bahwa isi tanah itu sudah termasuk dalam transaksi mereka. Sementara si pembeli berkeyakinan sebaliknya; isinya tidak termasuk dalam akad jual beli tersebut.

Kedua lelaki ini tetap bertahan, lebih memilih sikap wara’, tidak mau mengambil dan membelanjakan harta itu, karena adanya kesamaran, apakah halal baginya ataukah haram?

Mereka juga tidak saling berlomba mendapatkan harta itu, bahkan menghindarinya. Simaklah apa yang dikatakan si pembeli tanah: “Ambillah emasmu, sebetulnya aku hanya membeli tanah darimu, bukan membeli emas.”

Barangkali kalau kita yang mengalami, masing-masing akan berusaha cari pembenaran, bukti untuk menunjukkan dirinya lebih berhak terhadap emas tersebut. Tetapi bukan itu yang ingin kita sampaikan melalui kisah ini.

Hadits ini menerangkan ketinggian sikap amanah mereka dan tidak adanya keinginan mereka mengaku-aku sesuatu yang bukan haknya. Juga sikap jujur serta wara’ mereka terhadap dunia, tidak berambisi untuk mengangkangi hak yang belum jelas siapa pemiliknya. Kemudian muamalah mereka yang baik, bukan hanya akhirnya menimbulkan kasih sayang sesama mereka, tetapi menumbuhkan ikatan baru berupa perbesanan, dengan disatukannya mereka melalui perkawinan putra putri mereka. Bahkan, harta tersebut tidak pula keluar dari keluarga besar mereka. Allahu Akbar.

Bandingkan dengan keadaan sebagian kita di zaman ini, sampai terucap dari mereka: “Mencari yang haram saja sulit, apalagi yang halal?” Subhanallah.

Kemudian, mari perhatikan sabda Rasulullah n dalam hadits An-Nu’man bin Basyir c:

وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ

“Siapa yang terjatuh ke dalam syubhat (perkara yang samar) berarti dia jatuh ke dalam perkara yang haram.”

Sementara kebanyakan kita, menganggap ringan perkara syubhat ini. Padahal Rasulullah n menyatakan, bahwa siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar itu, bisa jadi dia jatuh ke dalam perkara yang haram. Orang yang jatuh dalam hal-hal yang meragukan, berani dan tidak memedulikannya, hampir-hampir dia mendekati dan berani pula terhadap perkara yang diharamkan lalu jatuh ke dalamnya.

Rasulullah n sudah menjelaskan pula dalam sabdanya yang lain:

دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ

“Tinggalkan apa yang meragukanmu, kepada apa yang tidak meragukanmu.”

Yakni tinggalkanlah apa yang engkau ragu tentangnya, kepada sesuatu yang meyakinkanmu dan kamu tahu bahwa itu tidak mengandung kesamaran.

Sedangkan harta yang haram hanya akan menghilangkan berkah, mengundang kemurkaan Allah l, menghalangi terkabulnya doa dan membawa seseorang menuju neraka jahannam.

Tidak, ini bukan dongeng pengantar tidur.

Inilah kisah nyata yang diceritakan oleh Ash-Shadiqul Mashduq (yang benar lagi dibenarkan) n, yang Allah l berfirman tentang beliau n:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 3-4)

Kedua lelaki itu menjauh dari harta tersebut sampai akhirnya mereka datang kepada seseorang untuk menjadi hakim yang memutuskan perkara mereka berdua. Menurut sebagian ulama, zhahirnya lelaki itu bukanlah hakim, tapi mereka berdua memintanya memutuskan persoalan di antara mereka.

Dengan keshalihan kedua lelaki tersebut, keduanya lalu pergi menemui seorang yang berilmu di antara ulama mereka agar memutuskan perkara yang sedang mereka hadapi. Adapun argumentasi si penjual, bahwa dia menjual tanah dan apa yang ada di dalamnya, sehingga emas itu bukan miliknya. Sementara si pembeli beralasan, bahwa dia hanya membeli tanah, bukan emas.

Akan tetapi, rasa takut kepada Allah l membuat mereka berdua merasa tidak butuh kepada harta yang meragukan tersebut.

Kemudian, datanglah keputusan yang membuat lega semua pihak, yaitu pernikahan anak laki-laki salah seorang dari mereka dengan anak perempuan pihak lainnya, memberi belanja keluarga baru itu dengan harta temuan tersebut, sehingga menguatkan persaudaraan imaniah di antara dua keluarga yang shalih ini.

Perhatikan pula kejujuran dan sikap wara’ sang hakim. Dia putuskan persoalan keduanya tanpa merugikan pihak yang lain dan tidak mengambil keuntungan apapun. Seandainya hakimnya tidak jujur atau tamak, tentu akan mengupayakan keputusan yang menyebabkan harta itu lepas dari tangan mereka dan jatuh ke tangannya.

Pelajaran yang kita ambil dari kisah ini adalah sekelumit tentang sikap amanah dan kejujuran serta wara’ yang sudah langka di zaman kita.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Syarah Riyadhis Shalihin mengatakan:

Adapun hukum masalah ini, maka para ulama berpendapat apabila seseorang menjual tanahnya kepada orang lain, lalu si pembeli menemukan sesuatu yang terpendam dalam tanah tersebut, baik emas atau yang lainnya, maka harta terpendam itu tidak menjadi milik pembeli dengan kepemilikannya terhadap tanah yang dibelinya, tapi milik si penjual. Kalau si penjual membelinya dari yang lain pula, maka harta itu milik orang pertama. Karena harta yang terpendam itu bukan bagian dari tanah tersebut.

Berbeda dengan barang tambang atau galian. Misalnya dia membeli tanah, lalu di dalamnya terdapat barang tambang atau galian, seperti emas, perak, atau besi (tembaga, timah dan sebagainya). Maka benda-benda ini, mengikuti tanah tersebut.

Kisah lain, yang mirip dengan ini, terjadi di umat ini. Kisah ini sangat masyhur, wallahu a’lam.

Beberapa abad lalu, di masa-masa akhir tabi’in. Di sebuah jalan, di salah satu pinggiran kota Kufah, berjalanlah seorang pemuda. Tiba-tiba dia melihat sebutir apel jatuh dari tangkainya, keluar dari sebidang kebun yang luas. Pemuda itu pun menjulurkan tangannya memungut apel yang nampak segar itu. Dengan tenang, dia memakannya.

Pemuda itu adalah Tsabit. Baru separuh yang digigitnya, kemudian ditelannya, tersentaklah dia. Apel itu bukan miliknya! Bagaimana mungkin dia memakan sesuatu yang bukan miliknya?

Akhirnya pemuda itu menahan separuh sisa apel itu dan pergi mencari penjaga kebun tersebut. Setelah bertemu, dia berkata: “Wahai hamba Allah, saya sudah menghabiskan separuh apel ini. Apakah engkau mau memaafkan saya?”

Penjaga itu menjawab: “Bagaimana saya bisa memaafkanmu, sementara saya bukan pemiliknya. Yang berhak memaafkanmu adalah pemilik kebun apel ini.”

“Di mana pemiliknya?” tanya Tsabit.

“Rumahnya jauh sekitar lima mil dari sini,” kata si penjaga.

Maka berangkatlah pemuda itu menemui pemilik kebun untuk meminta kerelaannya karena dia telah memakan apel milik tuan kebun tersebut.

Akhirnya pemuda itu tiba di depan pintu pemilik kebun. Setelah mengucapkan salam dan dijawab, Tsabit berkata dalam keadaan gelisah dan ketakutan: “Wahai hamba Allah, tahukah anda mengapa saya datang ke sini?”

“Tidak,” kata pemilik kebun.

“Saya datang untuk minta kerelaan anda terhadap separuh apel milik anda yang saya temukan dan saya makan. Inilah yang setengah lagi.”

“Saya tidak akan memaafkanmu, demi Allah. Kecuali kalau engkau menerima syaratku,” katanya.

Tsabit bertanya: “Apa syaratnya, wahai hamba Allah?”

Kata pemilik kebun itu: “Kamu harus menikahi putriku.”

Si pemuda tercengang seraya berkata: “Apa betul ini termasuk syarat? Anda memaafkan saya dan saya menikahi putri anda? Ini anugerah yang besar.”

Pemilik kebun itu melanjutkan: “Kalau kau terima, maka kamu saya maafkan.”

Akhirnya pemuda itu berkata: “Baiklah, saya terima.”

Si pemilik kebun berkata pula: “Supaya saya tidak dianggap menipumu, saya katakan bahwa putriku itu buta, tuli, bisu dan lumpuh tidak mampu berdiri.”

Pemuda itu sekali lagi terperanjat. Namun, apa boleh buat, separuh apel yang ditelannya, kemana akan dia cari gantinya kalau pemiliknya meminta ganti rugi atau menuntut di hadapan Hakim Yang Maha Adil?

“Kalau kau mau, datanglah sesudah ‘Isya agar bisa kau temui istrimu,” kata pemilik kebun tersebut.

Pemuda itu seolah-olah didorong ke tengah kancah pertempuran yang sengit. Dengan berat dia melangkah memasuki kamar istrinya dan memberi salam.

Sekali lagi pemuda itu kaget luar biasa. Tiba-tiba dia mendengar suara merdu yang menjawab salamnya. Seorang wanita berdiri menjabat tangannya. Pemuda itu masih heran kebingungan, kata mertuanya, putrinya adalah gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tetapi gadis ini? Siapa gerangan dia?

Akhirnya dia bertanya siapa gadis itu dan mengapa ayahnya mengatakan begitu rupa tentang putrinya.

Istrinya itu balik bertanya: “Apa yang dikatakan ayahku?”

Kata pemuda itu: “Ayahmu mengatakan kamu buta.”

“Demi Allah, dia tidak dusta. Sungguh, saya tidak pernah melihat kepada sesuatu yang dimurkai Allah l.”

“Ayahmu mengatakan kamu bisu,” kata pemuda itu.

“Ayahku benar, demi Allah. Saya tidak pernah mengucapkan satu kalimat yang membuat Allah l murka.”

“Dia katakan kamu tuli.”

“Ayah betul. Demi Allah, saya tidak pernah mendengar kecuali semua yang di dalamnya terdapat ridha Allah l.”

“Dia katakan kamu lumpuh.”

“Ya. Karena saya tidak pernah melangkahkan kaki saya ini kecuali ke tempat yang diridhai Allah l.”

Pemuda itu memandangi wajah istrinya, yang bagaikan purnama. Tak lama dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang hamba Allah l yang shalih, yang memenuhi dunia dengan ilmu dan ketakwaannya. Bayi tersebut diberi nama Nu’man; Nu’man bin Tsabit Abu Hanifah t.

Duhai, sekiranya pemuda muslimin saat ini meniru pemuda Tsabit, ayahanda Al-Imam Abu Hanifah. Duhai, sekiranya para pemudinya seperti sang ibu, dalam ‘kebutaannya, kebisuan, ketulian, dan kelumpuhannya’.

Demikianlah cara pandang orang-orang shalih terhadap dunia ini. Adakah yang mengambil pelajaran?

Wallahul Muwaffiq.

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits)

Friday, May 20, 2011

Belajar Hikmah Dari Bu Fatimah


Sebut saja namanya Ibu Fatimah, seorang Guru Tsanawiyah di sebuah kota kecil. Ia mengajar Agama bagi anak kelas, 4, 5 dan 6 di madrasah tersebut. Usianya masih muda dan cantik, penampilannya sederhana dengan berjilbab rapi. Sebelum jam pulang sekolah, ia mengajar di kelas 6 sekolah tersebut. Meski ia guru honorer, tapi ia tampak bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid muridnya. Ia kemudian duduk menghadap murid muridnya ..di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus.

Sang guru berkata.."Anak-anak, tolong perhatikan, Ibu punya permainan ... caranya begini ..di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus .. jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "kapur "!!, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "penghapus" ... " Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti dan sang guru berganti gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat .. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata ... "Baik sekarang perhatikan ..jika saya angkat kapur, maka berserulah "penghapus" jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "kapur" dan dijalankanlah adegan seperti tadi," Tentu saja murid murid kerepotan dan kelabakan, dan sangat sulit untuk merubahnya, namun lambat laun, mereka bisa beradaptasi .. dan tidak lagi sulit selang beberapa saat , permainan berhenti.

Sang guru tersenyum kepada murid muridnya .. "Anak anak, begitulah kita ummat islam ...mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil ... kita begitu jelas membedakannya, namun kemudian, setan memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk membalik sesuatu ... dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya ..pertama tama mungkin akan sulit bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan terus menerus kedalam benak kita dengan cara cara yang sangat menarik akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu ... dan kalian mulai mengikutinya dan percaya bahwa yang bathil itu sesunnguhnya haq. "

“Ingatlah anak-anak, Setan tidak akan pernah berhenti membalik nilai-nilai Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Karena pengaruh tontonan sinetron yang mengajarkan kekafiran dan anehnya disukai, kini ...pacaran tidak lagi sesuatu yang tabu, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian mini menjadi hal yang lumrah, sex before married menjadi suatu hiburan ..materialistis dan permisive kini menjadi suatu gaya hidup pilihan tawuran menjadi trend pemuda..semuanya sudah terbalik .. dan tidak disadari .. kalian sedikit demi sedikit menerima nya ..paham ?" tanya ibu guru kepada murid muridnya. "Paham buu ..."

"Baik, sekarang permainan kedua .. begitu bu guru melanjutkan ...bu guru punya Al-Qur'an ...ibu letakkan di leker persis ditengah-tenag karpet besar ini. Nah sekarang ...kalian berdiri di luar karpet ..lalu .. gamenya adalah...bagaimana caranya mengambil Al-Qur'an yang ada ditengah tanpa menginjak karpet...nah .. nah nah.." Murid-muridnya berpikir keras ..ada yang punya alternatif dengan tongkat .. dan lain lain ... akhirnya sang guru memberikan jalan keluar ...ia gulung karpetnya, dan ia ambil Al-Qur'an nya ...dan ia memenuhi syarat..tidak menginjak karpet ..

"Anak-anak, setan tidak akan menginjak nginjak kalian dengan terang terangan .. karena tentu kalian akan menolaknya mentah mentah ..preman terminal-pun tidak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka ..tapi mereka akan menggulung kalian perlahan lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar .... Jika seseorang ingin membangun rumah yang kuat, maka dibangunnyalah pondasi yang kuat ..begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah akidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau membongkar pondasinya terlebih dahulu, tentu .. saja .. hiasan hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, lemari disingkirkan dulu ..satu persatu .. baru rumah dihancurkan."

"Begitulah setan menghancurkan kita ..ia tidak akan menghantam kita secara terang terangan, ...tapi ia akan perlahan lahan mencopot kalian .. mulai dari perangai kalian, cara hidup kalian, model pakaian kalian .. dan lain lain, sehingga meskipun kalian muslim, tapi kalian telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka ... dan itulah yang mereka inginkan. Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (perang pemikiran) ...dan inilah yang dijalankan oleh setan. Jika pondasi iman kalian tidak kuat maka kalian akan mudah sekali terbawa oleh faham mereka dalam Ghazwul fikri tersebut. Paham anak anak ??? " "Paham buuuuuuu ..."

"Kenapa mereka tidak berani secara terang terangan menginjak-injak Islam, bu..?" tanya salah seorang dari mereka. "Menurut setan, ummat Islam itu ibarat seperti monyet. Monyet itu kalau bergelantungan di pohon, lalu ada angin sepoi sepoi, maka monyet akan mengantuk, dan ia akan terjatuh dari pohon itu ...tapi kalau ada angin kencang, maka monyet itu akan memegang ranting pohon dengan kuat .." "Begitulah ummat Islam .. kalau diserang perlahan lahan, mereka tidak akan sadar hingga akhirnya ia ambruk dan kalah. Tapi kalau diserang serentak terang terangan, mereka akan bangkit serentak, mereka baru akan sadar jika sudah mau ambruk.." "Paham anak anak ??" "Paham buuuu ..."

"Kalau begitu .. kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang ... " dan matahari bersinar terik tatkala anak anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka, dengan pikiran masing masing di kepalanya akan pelajaran hikmah dari Ibu Fatimah, guru Agamanya. (di copas dari notenya Gus Imam Puji Hartono, Jazakallahu khairan amin)

Semoga bermanfaat,

Wednesday, May 18, 2011

Jangan Durhakai Anakmu!


PERNAH suatu ketika ada seorang bapak yang mengeluh kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab ra mengenai anaknya yang durhaka. Orang itu mengatakan bahwa putranya selalu berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya. Maka, Umar pun memanggil anak itu dan memarahinya.

“Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu bahwa durhaka kepada orangtua adalah dosa besar yang mengundang murka Allah? Bentak Umar.

“Tunggu dulu, wahai Amirul Mukminin. Jangan tergesa-gesa mengadiliku. Jikalau memang seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah si anak juga punya hak terhadap ayahnya?” Tanya si anak.

“Benar,” jawab Umar.

“Lantas, apa hak anak terhadap ayahnya tadi?” lanjut si Anak.

“Ada tiga,” jawab Umar. “Pertama, hendaklah ia memilih calon ibu yang baik untuk putreanya. Kedua, hendaklah ia menamainya dengan nama yang baik. Dan ketiga, hendaklah ia mengajarinya al-Quran.”

Maka, si Anak mengatakan, “Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik bagiku; ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga dua dirham, lalu malamnya ia gauli sehingga ia hamil mengandungku. Setelah aku lahir pun ayah menamaiku Ju’al, dan ia tidak pernah mengajariku menghafal al-Quran walau seayat.”

Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan. Bisa juga diartikan seorang yang berkulit hitam dan berparas jelek atau orang yang emosional. (Lihat Al-Qamus Al-Muhith, hal. 977).

“Pergi sana! Kaulah yang mendurhakainya sewaktu kecil, pantas kalau ia durhaka kepadamu sekarang,” bentak Umar kepada si Ayah. (Disadur dari kuthbah Syaikh Dr. Muhammad Al-Arifi, Mas’uliyatur Rajul fil Usrah. Lihat Ibunda Para Ulama, Sufyan bin Fuad Baswedan, hal. 11-12.)

Pembaca budiman, satu hal yang perlu kita renungkan dari kisah di atas adalah; cobalah untuk menengok diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Bisa jadi, ada sesuatu yang salah pada diri kita.

Piilihkan Calon Ibu yang Shalihah

Hendaklah setiap muslim memilihkan bagi anak-anaknya seorang ibu muslimah yang mengenal hak Rabbnya, hak suami dan hak anak. Hendaklah ia memilihkan ibu yang mengenal tugas hidupnya. Seorang ibu yang mengenal posisinya di dalam hidup ini. Seorang ibu yang memiliki rasa kecemburuan terhadap agama dan sunnah Nabinya -sholallahu 'alaihi wasallam-.

Hal ini karena seorang ibu adalah madrasah yang akan meluluskan anak-anak Anda. Apabila ibu tersebut baik, maka ia akan menyusukan kebaikan dan ketakwaan. Namun bila ibu tersebut buruk, maka ia akan memberikan keburukan juga. Sebagai contoh nyata, Zubair bin ‘Awam. Ia merupakan hasil dari didikan ibundanya, Shafiyah binti Abdul Muththalib, sehingga ia pun tumbuh di atas tabiat dan budi pekertinya. Di kemudian hari, ia pun memilihkan calon ibu bagi anak-anaknya seorang wanita mulia, Asma binti Abu Bakar. Sehingga, ia pun melahirkan generasi orang-orang yang memiliki keagungan, Abdullah, Al-Mundzir dan ‘Urwah.

Ali bin Abi Thalib -radhiyallahu 'anhu- dididik oleh dua wanita mulia; di waktu kecil ia bersama ibunya, Fathimah binti Asad dan ketika menginjak remaja ia bersama Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- .

Abdullah bin Ja’far adalah penghulunya bangsa Arab yang paling dermawan sekaligus pemuda Arab yang cerdas. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Maka ibunya, Asma binti ‘Umais berusaha untuk membesarkannya. Ia adalah sosok ibu yang memiliki keutamaan dan kecerdasan yang luar biasa.

Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah adalah orang yang pandai dan cemerlang. Ia telah mewarisi dari ibunya, Hindun binti ‘Utbah sesuatu yang tidak ia warisi dari ayahnya, Abu Sufyan. Hindun berkata ketika anaknya, Mu’awiyah berada di dalam dekapannya, “Apabila Mu’awiyah hidup dalam umur panjang, maka ia akan memimpin kaumnya.” Ia juga bertutur, “Celakalah kaumnya apabila tidak dipimpin seseorang dari kaumnya.” Kelak, bila Mu’awiyah -radhiyallahu 'anhu- memiliki kebanggaan dengan kemampuan dan keahliannya dalam berpendapat, maka ia selalu menisbatkannya kepada ibunya sehingga akan mengetarkan pendengaran musuh-musuhnya, seraya berkata, “Saya adalah anak dari Hindun.”

Abu Hafsh Umar bin Abdul Aziz termasuk raja yang paling menakjubkan, adil dan mulia. Ibunya, Ummu ‘Ashim binti ‘Ashim bin Umar bin Khaththab. Ia adalah orang yang paling sempurna di zamannya dan yang paling mulia. Ibunya adalah seorang wanita yang dinikahkah oleh Umar dengan anaknya, ‘Ashim. Tidak ada yang dibanggakan darinya baik dari segi harta maupun nasab kecuali perkataannya yang jujur ketika menesehati ibunya. Dialah yang menurunkan akhlak kakeknya Al-Faruq kepada Umar bin Abdul Aziz.

Pilihkan Nama yang Terbaik

Hendaklah seorang muslim memilih nama-nama yang terbaik dan terindah sebagai bentuk pelaksanaan atas apa yang telah ditunjukkan dan dianjurkan oleh Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-. Dari Abu Darda’ -radhiyallahu 'anhu-, ia berkata : Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّكُم تُدْعَونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُم وَأَسْمَاءِ آبَائِكُم فأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُم

“Sesungguhnya kalian akan dipanggil di hari Kiamat dengan nama-nama anak kalian dan dengan nama ayah-ayah kalian. Maka perbaguslah nama kalian.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad hasan)


Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhu-, ia berkata : Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللّهِ عَبْدُ اللّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَـنِ

“Sesungguhnya nama-nama kalian yang paling disukai oleh Allah Azza wa Jalla adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya).

Ajarkan al-Quran kepada Anak

Dalam al-Quran terkandung sejumlah Tarbiyah Imaniyah. Yang dimaksud Tarbiyah Imaniyah adalah mengikat si kecil sejak ketergantungannya kepada pilar-pilar keimanan, membiasakannya sejak ia memahami rukun-rukun Islam, serta mengajarkannya pokok-pokok syariat Islam yang mulia semenjak masa tamyiz (mampu membedakan mana yang hak dan mana yang bathil)

Mengajarkannya pilar-pilar keimanan, seperti; iman kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan iman kepada para Rasul-Nya, mengimani adanya pertanyaan dua malaikat, adzab dan nikmat kubur, pembangkitan, surga dan neraka dan semua perkara-perkara yang ghaib.
Mengajarkan rukun-rukun Islam, seperti; shalat, puasa, zakat dan haji. Mengajarkannya dasar-dasar syariat Islam, seperti; peradilan Islam, hukum-hukum Islam, undang-undang dan peraturan dalam Islam.

Dari sinilah akan lahir beberapa hal, di antaranya:

Pertama, Hubbullah (cinta kepada Allah ta’ala). Yaitu dengan menunjukkan nikmat-nikmat Allah yang tak terhitung jumlahnya kepada si kecil. Misalnya, bila si ayah duduk-duduk bersama si kecil ketika sedang makan seraya mengatakan kepadanya: ‘Nak, tahukah engkau siapakah yang telah memberikan makanan ini kepada kita?’

Si kecil akan menjawab: ‘Siapakah wahai ayah?’

Si ayah bertutur: ‘Allah’.

Si kecil balik bertanya: ‘Terus, bagaimana ayah?’

Maka si ayah menjelaskan: ‘Nak, karena Allah yang telah memberi rizqi kepada kita dan kepada semua manusia, maka bukankah Ilah ini yang berhak engkau cintai?’
Si kecil akan menjawab: ‘Tentu, ayah’

Seandainya si kecil sedang sakit, maka orangtua akan membiasakannya untuk selalu berdoa, seraya berkata: ‘Nak berdoalah kepada Allah semoga menyembuhkanmu, sebab Dia-lah yang memiliki penyembuhan’, lalu mendatangkan seorang dokter dan mengatakan: ‘Dokter ini hanya sekedar perantara saja, namun kesembuhan hanya datang dari Allah’. Apabila Dia mentaqdirkan kesembuhan bagi si kecil, maka orantg tua mengatakan: ‘Nak, bersyukurlah kepada Allah’, lalu menjelaskan kepadanya nikmat-nikmat Allah, sehingga si kecil akan mencintai-Nya, sebab Dia-lah yang telah mengaruniakan kesembuhan baginya.

Demikian seterusnya dalam setiap kesempatan dan dalam setiap mendapatkan kenikmatan hendaklah engkau selalu mengaitkannya kepada Yang Memberi nikmat, sehingga dalam hati si kecil tertanam rasa cinta kepada Allah.

Kedua, Hubburrasul (cinta kepada Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- ). Yaitu dengan mengajarkan kepada si kecil sikap-sikap Rasulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- , keberanian, konsisten, kelemah lembutan, kemurahan, kesabaran dan keihklasan beliau. Dengan hal ini, seorang anak akan mencintai Nabinya -sholallahu 'alaihi wasallam- .

Ketiga, Muraqabatullah (menumbuhkan sifat merasa terus diawasi oleh Allah Tabaaraka wa ta’ala). Yaitu dengan mengajarkan kepada si kecil bahwa Allah selalu mengetahui dirinya dalam setiap gerakan dan diamnya, sehingga si kecil akan merasa terus diawasi oleh Allah, takut kepada Allah dan ikhlas dalam setiap amalannya hanya mencari keridhaan Allah.

Keempat, Mengajarkan kepada si kecil hukum-hukum halal dan haram. Hendaklah orangtua menjelaskan kepada si kecil tentang hal-hal yang haram sehingga ia bisa menjauhinya, hal-hal yang halal dan mubah agar ia bisa melakukannya serta menjelaskan adab-adan islami supaya ia bisa melaksanakannya.

Semoga kita senantiasa dibimbing oleh Allah agar mampu memenuhi hakhak anak, sehingga kita tidak sampai menzhaliminya, apalagi menyandang gelar orangtua yang durhaka kepada anaknya. *

Abu Hudzaifah, Lc. Penulis seorang penerjemah dan penulis buku-buku islami

Sunday, May 8, 2011

Mesin Pencari Hadits 9 Imam Besar




http://myhadits.com/

MyHadits.com adalah website yang berisi hadits 9 Imam Besar yang ditampilkan secara online. Pengguna website dapat mencari hadits-hadits dengan kata kunci bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Gagasan pembangunan situs ini dimulai ketika saya kesulitan untuk mencari referensi hadits dalam penulisan buku-buku dakwah. Karena itu dirasakan perlu sebuah website yang memudahkan para pencari hadits untuk mendapatkan referensi hadits yang berbahasa Indonesia dan bahasa Arab.
Berikut adalah fitur-fitur yang tersedir di myhadits.com:
- Pencarian dengan kata kunci bahasa Indonesia dan bahasa Arab
- Pencarian dengan beberapa kata kunci dengan logical operator AND dan OR
- Penambilan hasil pencarian per halaman
- Search Engine menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL

Diharapkan dalam waktu dekat, dapat disediakan juga versi smartphone seperti iPhone dan android yang akan semakin memudahkan para pengguna hadist mengakses database hadist.
Ada beberapa cara untuk membantu proyek ini, antara lain adalah;
- Menyebarkan link URL http://myhadits.com ke komuniti yang dimilikinya.
- Menyebarkan ke Social Network seperti FaceBook dan Twitter dsb.
- Memasang link http://myhadits.com di blog atau website yang dimilikinya.
- Memberikan donasi untuk proyek myHadits.com

Proyek ini benar-benar dilakukan secara sukarela, bagi anda yang tertarik dengan proyek ini dapat ikut berkontribusi dengan memberikan donasi secara suka rela. Donasi dapat dilakukan melalui account Paypall dengan mengeklik button di bawah ini.

Saturday, April 16, 2011

Arabic Self Learning


For those who want to learn Arabic language by yourself, I would like to recommend below websites:

1. http://www.lqtoronto.com/downloads.html

You can download recorded class session and also the handbooks. This course is based on Madina Books Set (1-3) , one of very popular Arabic language course book from Madina Islam University.

2. https://www.madinaharabic.com/start_learning.html

You can find Arabic Reading Course (Beginners), Arabic Language Course (100 Lessons), Vocabulary Flashcards to help memorise Arabic words and meanings.

May Allah give Rewards to our brothers who have made those websites.

Quote from http://www.lqtoronto.com/:

Why should I learn arabic?
As Muslims we have no choice but to learn the Language of the Qur’an.

Why?
BECAUSE ALLAH CHOSE THE ARABIC LANGUAGE TO CARRY HIS FINAL MESSAGE TO ALL MANKIND
The Qur’an contains the exact words which Allah revealed to our beloved prophet-pbuh and the exact words which the Prophet recited. Nothing added or deleted.
The “Qur’an” is NOT the “Qur’an” if it is not in the Arabic Language; otherwise it is a mere translation.
As a Muslims we are obligated to recite the Qur’an in Arabic EVERY SINGLE DAY.
Our SALAAH is in the Arabic Language.
We cannot have khushoo and khuzoo in our Salaah until and unless we understand what we are saying in our Salaah.
The Language of the Qur’an is a Miracle.
THAT MIRACLE will never touch our hearts unless we learn and know the Language of the Qur’an.